Rabu, 11 Agustus 2021

Miyeokguk (Sup Rumput Laut)

Bismillah

Miyeokguk atau sup rumput laut khas Korea biasanya disajikan saat ada yg berulang tahun. Tapi aku masak ini bukan karena sedang berulang tahun, cuma penasaran gimana rasanya. Aku masak ini tanggal 12 Juli lalu pas aku sakit tapi belum tau kalau ternyata positif covid. Waktu masak ini penciumanku udah mulai berkurang, aromanya hanya kecium tipis2. Tapi syukurnya lidahku masih bisa merasa, alhamdulillaah.. Rasanya memang segar, gurih dan ringan, cocok dimakan saat sedang kurang fit.


Sekilas yg aku tau dari video youtube Maangchi, sup rumput laut ini menjadi konsumsi ibu korea yg baru melahirkan. Mereka bisa sebulan penuh mengkonsumsi miyeokguk untuk memulihkan tenaga. Isian miyeokguk-nya juga bervariasi; dengan daging sapi, ayam, babi, kerang, seafood lainnya bahkan tahu. Makanya saat berulang tahun mereka menyajikan sup rumput laut agar mengingat jasa ibu mereka saat melahirkan.

Yang aku suka selain rasanya yg cocok di lidah, bahan dan cara masaknya pun sederhana. Kalau versiku ini liat dari postingan ig Moza Kitchen, daging ditumis sebentar dgn minyak wijen tapi kalau versi Maangchi langsung aja direbus jadi satu lalu dibumbui dengan minyak wijen dan kecap ikan jika suka. Di sini aku hanya membuat setengah porsi dari resep Moza Kitchen karena eyipi ga doyan, hehehe..

Bahan:
  • ‌3 gram rumput laut kering direndam 30 menit - 1jam
  • ‌100 gram daging sapi potong dadu
  • ‌1 siung bawang putih dicincang
  • 1 sdm minyak wijen
  • 400 ml air
  • garam, merica bubuk, gula secukupnya
  • kaldu bubuk (jika suka)

Cara memasak:
1. Panaskan 1 sdm minyak wijen



2. Tumis daging sapi hingga berubah warna


3. Tiriskan rumput laut, potong2 sedikit
4. Masukkan rumput laut ke tumisan daging, aduk2, tambahkan cincangan bawang putih, aduk kembali sampai harum


5. Tuangkan air, masak sampai air mendidih lalu bumbui. Tes rasa. Jika sudah pas, matikan api.


6. Sup rumput laut dgn tambahan daging sapi siap disajikan

Senin, 02 Agustus 2021

Berturut dan Berlanjut (2)

Bismillah... 

(Melanjutkan tulisan kemarin, semoga ga bosan bacanya ya..) 


1 Jul: Bapak ibu mertua dan adik ipar balik pulang ke Cikarang. Pada saat ini kami udah dengar kabar akan diberlakukan PPKM. 


2 Jul: Aku sama mas ery sarapan ke Kopi Klotok lagi. Eh siapa yang tau ternyata siangnya pemerintah mengumumkan PPKM Darurat di Pulau Jawa & Bali mulai tgl 3 - 20 Juli. Dan siang itu aku lihat di postingan instagram kopi klotok kalau hari ini mereka terakhir buka. Mereka tutup selama PPKM Darurat. 


3 Jul: Berita PPKM makin rame, syarat penerbangan dari dan menuju ke Pulau Jawa Bali wajib menyertakan hasil swab PCR negatif dan menunjukkan kartu vaksinasi covid minimal 1x.

Di sini kami mulai agak panik. Kami pulang tanggal 7 Juli dan kondisi kami berdua belum divaksin. Hari itu kami cari informasi sana sini. Kami telpon beberapa fasilitas kesehatan yg menyediakan vaksin. Kebanyakan hanya untuk KTP domisili Jogja. KTP nondomisili Jogja hanya bisa di dua tempat, RS Sardjito dan Poltekkes Jogja itupun kuota vaksin udah penuh sampai pekan ketiga Juli 😭 Tentang PPKM ini insyaAllah aku bakal cerita di postingan lain. 


4 Jul: Alhamdulillaah biidznillah kami dapat kuota vaksin di Stasiun Tugu. Setelah vaksin alhamdulillaah kami berdua tidak ada keluhan apapun. 


6 Jul: Tes swab PCR sebagai syarat penerbangan, alhamdulillaah kami berdua negatif dan bisa pulang ke Medan


7 Jul: Pulang ke Medan dari Bandara YIA transit di Soetta lalu lanjut ke KNO


8-9 Jul: Aku ngegas beberes rumah, nyuci, bersihkan kamar mandi, dll


10 Jul: Abis maghrib aku berasa demam, tenggorokan kering kayak mau batuk, hidung tersumbat dan kepala pusing. Aku kira cuma mau batuk pilek biasa, jadi aku minum paracetamol dan banyak minum air hangat. Tengah malam aku menggigil kedinginan. 


11 Jul: Demamku masih belum turun, tenggorokan masih sakit, hidung pilek, badan sakit semua, kepala pusing. Aku masih ikhtiar dari rumah, minum paracetamol, madu, habbats, rimpang, air hangat, dsb. 


12 Jul: Demamku turun, tenggorokan masih sakit, hidung tersumbat dan penciumanku agak berkurang. Badan udah agak enakan ga pegel2 kayak sebelumnya. Udah bisa ngerjain pekerjaan rumah tangga, bahkan aku masak juga. Nah pas masak ini aku numis bawang putih kok aromanya tipis banget ya pikirku.. Aku harus bener2 dekatin hidungku ke depan wajan baru kecium aromanya, apa karena hidung tersumbat. 


13 Jul: Hari ini penciumanku bener2 hilang (anosmia), aku masih pilek dan tenggorokan masih sakit tapi ga sampai batuk. Aku udah menduga ini gejala covid tapi masih agak denial karena ngerasa habis divaksin kok masa covid sih.. Mas ery juga berusaha membesarkan hatiku utk tetap berpikir positif bisa aja karena kecapean. 


14 Jul: Aku ngajak mas ery untuk tes swab dan hasilnya terbukti aku positif covid mas ery negatif. Hari itu juga aku isolasi mandiri di rumah. Kami pisah kamar, kami pisahkan alat mandi, alat makan, pakaian kami, selalu semprot2 desinfektan. Malamnya karena pengaruh obat, tidurku ga nyenyak, aku merasa mual, berkeringat, bingung, pokoknya ga nyamanlah. 

Hasil tes swab antigenku, ada dua garis merah (+) 


16 Jul: Alhamdulillaah penciumanku mulai kembali, aku udah bisa membaui aroma2 tapi dalam jarak yg bener2 dekat jadi masih tipis2 lah, di situ aku terharu kaliiii.. Aroma pertama yg bisa kucium itu tumis pare, hahaha.. Karena pas aku lagi makan siang. Syukurnya selama sakit nafsu makanku masih baik, beda sama mamak bapak yg hilang nafsu makannya. Selama sakit aku ga masak, kami beli makanan siap santap aja. Memang semenjak hidungku tersumbat itu aku selalu hirup2 aroma minyak kayu putih dan parfum. 

Isolasi mandiri di kamar


19 Jul: Alhamdulillaah aku udah merasa sehat tapi sayangnya aku ga bisa ikut puasa Arafah karena masih ada obat yg harus aku minum siang hari. Mas ery puasa sendiri. Ba'da maghrib aku juga jadi mellow waktu dengar suara takbiran, oh jadi ini ya perasaan orang2 yg ga bisa berlebaran sama keluarga. 

Dibuatin pojokan berjemur sama eyipi


20 Jul: Kami sholat idul adha berdua di rumah, ga ada menu istimewa karena aku ga masak2 dan dilarang mas ery juga untuk repot2 masak. Mamak gak bisa nganterin makanan karena jalanan di Medan ditutup efek dari PPKM Darurat yg mulai dr tgl 7 Juli. Kalo mau diceritain detail rasanya sedih lah tapi ga mau aku pikirin karena takut mempengaruhi mood dan imun jadi turun. Hari itu aku cuma jajan croffle coklat dan ngemil keripik yg dianterin tetanggaku. 


21 Jul: Aku batuk2. Sebenarnya secara fisik aku udah sehat; badan segar, penciuman baik tapi sayangnya aku jadi batuk. Entah ini karena efek makan coklat dan keripik aku ga tau juga. Padahal sebelumnya aku ga sampai batuk cuma tenggorokan kering aja jadi berasa agak sakit, setelah minum obat ya alhamdulillaah membaik. Tapi ternyata batukku makin dahsyat sampe bikin aku ga bisa tidur beberapa malam karena batuk yg frekuensinya sering dan durasinya panjang. Ditambah lagi aku pengidap asma, dada rasanya berat dan panas, nafas berbunyi ngik ngik. 


22 Jul: Giliran mas ery demam, tenggorokan sakit dan bersin2


23 Jul: Pagi2 dia laporan kalo ga bisa nyium aroma apapun jadi pagi itu kami langsung tes swab dan qadarullaah mas ery jadi positif covid karena tertular dariku. Sedih tapi kami memang udah siap sama kemungkinan ini karena bagaimanapun juga kami masih tinggal berdua serumah selama aku isoman. Aku masih batuk2.


23-29 Jul: Hari2 kami berasa gloomy dan ga semangat, suami positif covid istri sakit sakitan. Aku tau meskipun eyipi berusaha untuk ceria dia tu kepikiran banyak hal. Dia sering mengeluhkan kepalanya pusing dan berasa tegang. 


29 Jul: Karena batukku yg makin parah bikin aku ga bisa tidur, nafas berat dan sesak, dada panas aku tes swab lagi, alhamdulillaah hasilnya udah negatif. Hari itu aku buat janji dengan dokter speialis penyakit dalam. Aku diminta untuk foto thorax (rontgen bagian dada) untuk ngelihat ada infeksi atau ga di paruparu. Ba'da maghrib kami pergi ke Lab Pramita di Jalan Diponegoro. Labnya sepi sekali karena sudah malam. Memang dokter menyarankan untuk datang habis maghrib karena kalau siang pasti ramai orang dan gak bisa menghindari kerumunan. Begitu mengambil nomor antrian aku langsung dilayani, mendaftar lalu membayar biaya rontgen. Sekitar lima menit kemudian giliranku dipanggil ke ruang x-ray. Petugasnya perempuan, aku diminta melepas pakaian dan baju dalam bagian atas lalu mengenakan baju khusus pasien. Prosesnya cepat sekali, aku hanya diminta menempelkan dada ke alatnya lalu menarik napas dalam dan ditahan. 

Malam ini aku masih belum bisa tidur nyenyak, meskipun udah minum obat yg diberi dokter tapi aku masih batuk2 cukup keras. Ditambah lagi tiba2 aku ngalami mood swing dan gemetar, ntah karena pengaruh obat sesak atau gimana aku ga paham.. Rasanya malam itu aku mellow kali, nangis, berasa ga siap kalo hasil rontgen paruparuku ternyata ada infeksi dan sebagainya. 

30 Jul: Jam 10 pagi mas ery pergi ambil hasil rontgen sendirian. Hasil foto thorax disegel jadi aku ga berani ngebuka amplopnya. Jam 4 sore aku sama mas ery berangkat ke dokter spesialis penyakit dalam untuk baca hasilnya. Alhamdulillah.. Laa hawla wa laa quwwata illa billaah.. Paruparuku bersih, ga ada infeksi dan semacamnya. Dokter hanya menambahkan obat untuk rhinitisku biar pernapasan lega katanya. 

Hasil foto thorax


31 Jul: Mood kami berdua membaik, alhamdulillah.. Mas ery juga udah fit, gejala covidnya jauh lebih ringan daripada yg aku rasa. Dia bener2 kayak flu biasa hanya ketambahan anosmia saja. Penciumannya juga udah balik di hari keempat isoman. Aku banyak2 bersyukur dan bersabar atas apa yg kami alami belakangan ini. Merasa sedih atas musibah itu manusiawi yg penting ga merutuki takdir tapi diterima, bersabar.. Semoga ujian2 ini dapat menghapus dosa2 kami, aamiin.. 

Karena konsumsi obat dari dokter alhamdulillah biidznillah aku udah ga berasa sesak. Napasku ga bunyi ngik ngik lagi, dadaku ga berasa panas. Tapi tinggal PRnya nih batuk. Tenggorokanku rasanya masih gatal. Semoga segera membaik, pulih seperti sedia kala, aamiin.. 



Minggu, 01 Agustus 2021

Berturut dan Berlanjut (1)

Bismillaah.. 

Idul fitri tahun 2021 ini kami masih belum bisa berlebaran dengan keluarga dari pihak suami. Pemerintah melarang rakyat Indonesia untuk mudik meskipun begitu tetap aja banyak yg ngeyel. Seperti dua tahun sebelumnya kami berlebaran di rumah mamak di Mabar. Kalau situasi sudah kondusif kami merencanakan balik ke Jawa untuk silaturrahim dgn orang tua pada pertengahan Juni 2021.

Dari selesai lebaran sampai Juli ini banyak hal yang terjadi di keluarga kami. Suka duka silih berganti lah istilahnya. Tapi semoga keluarga kami termasuk dalam golongan hamba Allah yg bersyukur dan bersabar apapun yg kami alami. 

13 Mei: Lebaran Idul Fitri 1442 H, kami menginap dua malam di rumah mamak dan mengurangi interaksi salam salaman. 

17 Mei: Orang tuaku renovasi rumah karena ada beberapa bagian rumah yg lapuk. Proses renovasi sekitar 9 hari, ada 4 orang tukang dan kenek bangunan yg kerja. 

26 Mei: seperti biasa aku telpon mamak utk tanya kabar ngobrol2. Mamak bilang berasa ga enak badan, badannya pegel, trus tenggorokan sakit kayak mau batuk pilek. Aku bilang untuk berobat trus istirahat karena kayanya mamak kecapean abis bersih2 rumah setelah renovasi. 

29 Mei: Dapet kabar dari temanku yg juga tinggal di daerah Johor katanya Jalan Eka Rasmi di-lockdown karena ada 14 orang warga yg positif covid. Dia juga ngirim informasinya via WA. Ternyata daerah Johor jadi zona merah covid. Gak lama mamak nelpon ngabarin kalo dia masih gak enak badan dan penciumannya hilang. Di situ aku udah resah, aku bilang dgn hati2 kalo salah satu gejala covid itu anosmia/hilang penciuman, mamak jangan panik. Aku minta mamakku ke Puskesmas untuk tes. Sayangnya karena itu hari Sabtu puskesmas cuma buka sampai setengah hari. Pihak puskesmas minta mamak datang lagi Senin pagi. 

30 Mei: hari Minggu aku telpon mamak tanya kabar, ternyata hari Sabtu sebelumnya sepulang kerja bapak mengeluh demam badannya sakit semua. Aku minta mamak sama bapak untuk tes swab di Puskesmas. 

31 Mei: Orang tuaku berangkat ke Puskesmas Medan Deli untuk tes PCR malah ditanyai pegawai "bapak pake BPJS, coba ke klinik bpjs bapak aja ya". Sebenarnya kecewa sama respon pegawai puskesmas Medan Deli. Sedangkan kami tau masyarakat bisa dapet akses tes PCR gratis dari pemerintah dan misalkan hasilnya positif obat-obatan dan vitamin bakal dikasih juga dari mereka. Orang tuaku males ribut, jadi mereka langsung memutuskan ke klinik BPJS. Di klinik tes swab antigen dikenai biaya Rp 225.000 per orang. 

Seperti yg udah kukhawatirkan, hasil tes kedua orang tuaku positif covid. Pihak klinik meresepkan obat-obatan dan vitamin yg harus dikonsumsi. Karena gejala covid ringan, mamak bapak harus isolasi mandiri di rumah. Pulang dari klinik mamak langsung nelpon aku, beliau nangis, reaksi yg wajar menurutku karena ga menduga sama sekali bisa terpapar covid. Akupun ga nyangka. Dibandingkan aku sama mas ery, mamak keluar rumah cuma untuk belanja. Selebihnya di rumah aja, apalagi selama ramadhan dan idul fitri pengajian perwiridan yg mamak ikuti libur. Kami curiga mamak terpapar virus dari tamu yg datang ke rumah saat lebaran, setelahnya mamak kecapean jadi imun turun dan di situ virus bereaksi.

Kami langsung siapkan kebutuhan bapak mamak selama isoman; obat-obatan dan vitamin, stok sayur buah dan protein, bumbu2 dapur, dsb. Ada rasa sedih karena sekarang tinggal jauh dari orang tua tapi masih bersyukur ada saudara2 dekat rumah mamak yg siap bantuin utk pemenuhan kebutuhan. 

Yang bikin galau, kami udah terlanjur beli tiket pesawat utk tanggal 16 Juni. Meskipun sakit mamak bapak tetap nyuruh kami tetap berangkat. Tiap hari kondisi mamak kupantau dari rumah, selalu nelpon tanya kabar, sudah makan belum, apa keluhan yg dirasa sambil terus support utk selalu berpikir positif biar cepat sehat. Aku selalu ingetin utk minum vitamin, herbal2, berjemur, trus latih penciuman biar cepat kembali. 

13 Jun: Mamak bapak udah semakin sehat dan memutuskan utk tes swab lagi, alhamdulillaah hasilnya negatif. Mereka langsung membesarkan hati kami untuk tetap berangkat ke Jawa tentu dgn iringan doa2. 

15 Jun: Aku dan mas ery gantian tes swab antigen utk keperluan penerbangan, alhamdulillaah hasilnya negatif. 

16 Jun: Kami berangkat ke Cikarang menuju rumah orang tua mas ery dalam rangka birrul walidain karena sudah 1 tahun 8 bulan ga ketemu. 

Rumah Ungu Cikarang, ibu mertuaku pecinta warna ungu 💜


Seminggu di Cikarang kami di rumah saja, ga seperti tahun2 sebelumnya kalau mudik pasti kami sempatkan untuk jalan2 ajak orang tua. 

24 Jun: Kami sekeluarga berangkat ke Jogja untuk ketemu sama Mbah. 

26 Jun: Mas ery ngajak kami sarapan di Kopi Klotok. Kami berangkat jam 6 pagi, sampai di sana sekitar jam 6.30 pengunjung sudah antri ambil sarapan. Alhamdulillaah Kopi Klotok menerapkan protokol kesehatan jadi meskipun makan di tempat insyaAllah tetap nyaman. Selesai makan kami langsung beranjak. Kalau sebelumnya tiap ke Klotok pasti keliling2 dulu di ladang dan sawahnya tapi karena kondisi pandemi begini yaudahlah makan aja 😅

Buku menu di Kopi Klotok


Ternyata bapak mertua ngajakin jalan2 ke pantai. Yo wes jadi kami laju dari Jalan Kaliurang Km 16 ke pantai daerah Gunung Kidul 🤣 Total menempuh jarak 89 km. Kami tiba di Pantai Pok Tunggal jam 10.40. Pantainya sepi cuma ada dua kelompok yg berkunjung itu pun duduk berjauhan sekali. Kami menyewa tikar dan duduk di bawah pohon waru. Karena dadakan kami jadi ga bawa bekal sama sekali, cuma beli makanan dan jajanan di sana. 

Ipung in frame


Bapak mertua ngelihat jasa fotografer keliling dan tertarik memakai jasanya. Sebelum kami dipotret, si mas fotografer "diwawancara" sama bapak, katanya selama pandemi ini wisatawan yg datang ke Pantai Pok Tunggal sepi sekali, sering dalam sehari ga ada yg pakai jasanya. Oya, Pantai Pok Tunggal ini memang kurang populer dibanding pantai2 lain di kawasan Gunung Kidul macam Sadranan, Indrayanti atau Baron. Jadi kalaupun ga ada pandemi pantai ini memang ga seramai pantai yg aku sebutkan tadi, bahkan terakhir aku ke sana (tahun 2018) belum ada jasa fotografer. Makanya kami sengaja bawa orang tua ke Pantai Pok Tunggal. Di sini lebih berasa pantai alami karena ga ada pondokan dan ga banyak gimmick macam spot foto instagramable.

Salah satu hasil foto mas fotografer keliling


27 Jun: Ahad pagi, mas ery ngajakin kami ke Hutan Pinus Mangunan sekalian cari sarapan di sana. Sampai di Hutan Pinus sekitar jam 7 pagi dan masih sepi, bahkan baru buka, pengunjungnya baru beberapa orang. 

Salah satu spot foto di Hutan Pinus Mangunan. Di sini sering disebut "Negri di Atas Awan"


29 Jun: Giliran aku yang ngajakin keluarga ke resto Little Garden yang letaknya bareng penginapan Rumah Jembarati. Di sini sistemnya harus reservasi dulu. Kami reservasi untuk makan siang sesi jam 2. Sampai di sana ya cuma keluarga kami saja ga ada pengunjung lain. 

Little Garden Resto di Jembarati, Cangkringan dengan view Merapi

(Karena ternyata kepanjangan jadi aku bikin dua postingan ya, biar ga capek bacanya, hehehe.. Bersambung ke postingan kedua) 


Sabtu, 17 Juli 2021

Hal Sederhana yang Membuat Bahagia (3)

 


Eyipi pergi ke luar, pulangnya bawa green tea latte Baraka favoritku (less ice) tanpa diminta, alhamdulillaah.. Telepatinya nyampe nih ceritanya, wkwkwk

Hal Sederhana yang Membuat Bahagia (2)

 


Selesai masak dapur bersih rapi (sesuai standarku) gak ada piring kotor yg numpuk di sink

Donor Darah Pertama Kali

(Tulisan ini sebenarnya sudah selesai dari April 2021 namun lupa aku posting hehehe) 


Bismillah

Sekitar beberapa hari lalu eyipi ngajakin hari Sabtu ini (3 April) untuk sarapan di dapuraja. Jadi rencananya begini: belanja sayur --> sarapan di dapuraja --> beli mangkok di brewsuniq. Tapi ya namanya aja rencana kadang ada yang meleset, hehehe.. Karena Sabtu Bu Sri ga dateng aku baru selesai beberes rumah sekitar jam 8 pagi. Jadi aku bilang ga jadi belanja langsung aja ke dapuraja. Sampai di dapuraja karyawannya pada nyusun kursi tambahan di halaman dan ada mobil PMI (Palang Merah Indonesia) di depannya. Ternyata hari ini mereka ngadain acara donor darah. 

Eyipi langsung tertarik mau ikut donor. Beliau memang udah beberapa kali jadi pendonor darah. Biasanya tiap acara Muslim Berdedikasi di Mesjid Al Jihad Medan. Aku juga jadi mau coba ngerasain donor darah. Jadi selesai sarapan kami langsung daftar. Ini pengalaman pertamaku jadi aku agak grogi di awal. Tapi ternyata ga menakutkan sama sekali dan prosesnya cukup cepat.

Pertama, aku diminta isi form pendaftaran. Yang harus diisi data standar macam di KTP. Kedua, tekanan darahku diperiksa sambil petugasnya ngasih pertanyaan2: udah pernah donor belum, kalau sudah pernah kapan terakhir kali donor darah, dalam waktu sebulan ini ada dirawat inap di rumah sakit ga, dalam waktu tiga hari ini ada konsumsi obat ga, dalam waktu setahun ini ada melakukan vaksinasi ga, kapan terakhir kali dapat haid. Alhamdulillaah tekanan darahku normal 120/80, alhamdulillaah aku ga pernah dirawat inap, ga ada konsumsi obat2, ga melakukan vaksinasi juga jadi aku bisa ke tahap selanjutnya. Ketiga, pemeriksaan golongan darah, rhesus dan kadar hemogoblin. Alhamdulillaah kadar hemogoblinku bagus jadi aku bisa langsung menuju tempat pengambilan darah.

Aku masuk ke ruangan khusus pendonor wanita. Di situ udah ada seorang petugas wanita yg menunggu. Aku jadi pendonor wanita pertama. Kakak itu minta aku baring sambil tanya udah pernah donor apa belum. Kubilang ini pengalaman pertamaku. Dia bilang untuk tarik napas ketika dia kasih aba-aba. Aku langsung dipasangi alat tensimeter, lengan kiriku berasa kencang karena tekanan. Pembuluh darahku langsung kelihatan, sambil menyeka tanganku menggunakan tisu yg udah dicelup alkohol, kakak petugas memberi aba-aba untuk tarik napas.

Cussss... Terasa perih sedikit waktu jarum menusuk pembuluh darah. Tanganku diganjal bantal kecil dan diminta untuk ga bergerak dulu. Aku lirik jam tangan, jam 10:19 WIB. Awal masuk ke ruangan aku masih ditemani eyipi, setelah jarum dipasang eyipi langsung ke luar. Daripada diem2 aja aku ajakin kakak petugas ngobrol. Dari obrolan aku jadi tau kalau golongan darah rhesus negatif kebanyakan dari orang2 India dan Australia. Di Indonesia sangat langka, bisa ditemukan pada perkawinan beda ras tapi itupun kemungkinannya kecil. 

Aku juga jadi tau ternyata di Medan ini bank darah itu lokasinya di PMI Jalan Perintis Kemerdekaan. Kakak petugasnya cerita selama ini banyak orang yang "kesasar" mau ambil darah ke PMI Jalan Palang Merah, padahal di situ cuma kantor pusat bukan bank darah. Petugas PMI juga rutin mendonorkan darah tiap dua bulan sekali terutama petugas laki2. Aku langsung kepo, "loh yang perempuan ga rutin kak?" Kakaknya jawab yang perempuan kebanyakan underweight, minimal 48kg dan mereka beratnya di bawah itu. Mereka juga terbentur sama siklus haid dan jadwal jaga malam sehingga sering kurang tidur dan tekanan darahnya ga stabil. Aku dengerinnya sambil ingat masa lalu, wkwk... Zaman kuliah pengen ikutan donor darah di kampus dalam rangka HUT FISIP tapi ga memenuhi standar karena BBku zaman kuliah berkisar di 38-39kg 😅

Asik ngobrol tiba2 kakak petugasnya menghentikan proses donor. Alhamdulillaah.. Ternyata donor darah selesai. Sudah terkumpul kantung darah 350cc. Pada saat proses pengumpulan darah ga terasa sakit sama sekali. Biasa aja gitu, cuma kaku sedikit karena ga boleh gerak. Aku liat jam 10:26 WIB, masyaAllah.. Prosesnya ternyata lebih cepat dari dugaanku. Dari proses pemasangan selang darah sampai selesai hanya butuh waktu sekitar 7 menit. Kata petugasnya, darah yang lebih dari 12 menit udah ga bisa diproses lagi. Jadi harus kurang dari 12 menit. Terasa perih lagi waktu jarumnya dicabut. Aku dipakaikan plester utk luka. Dan disuruh berbaring dulu jangan langsung bangkit.

Selesai donor kami diberi kupon lunch box Dapuraja dan goodie bag dari PMI. Goodie bag-nya berisi susu coklat, teh kotak, biskuit dan hand sanitizer. Kupon lunch box langsung kami tukar karena kami harus pergi ke tempat lain. Alhamdulillaah aku tidak merasakan pusing ataupun lemas. Hanya saja tangan kiriku terasa pegal sedikit. Bekas tusukan jarum juga tidak sakit atau perih, biasa aja gitu.. Terasa perih saat ditusuk dan dicabut saja.


Goodie bag dari acara donor darah

Sore harinya aku dikirimi pesan terima kasih dari PMI via WhatsApp, ada pengingat juga jadwal donor berikutnya tanggal 2 Juni 2021. Ahad sore aku agak kaget karena di lengan dekat tusukan jarum jadi membiru lebam gitu tapi ga sakit sama sekali. Setelah diingat2, selesai donor aku langsung menenteng barang dgn tangan kiri sedangkan harusnya selesai donor lengan tidak boleh digunakan utk melakukan pekerjaan berat. InsyaAllah bukan hal yg harus terlalu dikhawatirkan. Hari ke hari lebamnya mulai menghilang. Aku cek tepat dua minggu lebam di tanganku menghilang tidak meninggalkan bekas sama sekali. 

Jumat, 02 April 2021

Indomie Goreng In Style

Bismillah

Nothing special 'bout this post, just wanna show my random activity doing food styling to our signature Indonesia fried noodle--Indomie--a couple weeks ago.

One portion of indomie goreng
with boiled bird's eye chilli pepper.
Yeah, the appearance is just so so~ nothing special. If I take up the chillies, it will be really bland. It's kind of "akhir bulan" dish 😆

So, I've changed the plate, and then made it up more appealing, hehehe...

Now this is a kind of "Indomie Goreng Akhir Bulan in Style"


At first, I've cooked a sunny side up but frankly it's a bit overcooked. The egg yolk was so pale yellow, not interesting at all. So I've decided to use raw egg yolk.  Then I give a little peanut sauce, sliced red chilli and scallion. And voila! This is it, Indomie Goreng Akhir Bulan in Style, hehehe..

Sorry for my bad grammar in english. I dunno why I decided to type this post using english but I enjoyed. And what makes me glad, I can submit posts three days in a row. I hope this good trend can continue, let's see..

Kamis, 01 April 2021

Hal Sederhana yang Membuat Bahagia (1)

 


Ba'da isya ga ada piring kotor, sink cuci piring bersih dan kering bikin besok paginya pas bangun jadi hepiii 😄

Rabu, 31 Maret 2021

Piknik Tipis Tipis ke Bukit Kubu

Bismillah..


Hampir lima tahun eyipi tinggal di Medan dan untuk pertama kalinya dia inisiatif ngajakin piknik ke Bukit Kubu berdua aja 😁 Perjalanan ke Bukit Kubu ini memang agak dadakan tapi kami upayakan sebaik mungkin persiapannya.

1. Kendaraan

Dari awal eyipi ngajak ke sana naik kereta (motor, bhs Medan) saya agak khawatir sama kondisi kereta kami. Mobilmio (nama motor kami, wkwkwk) meski rutin diservis tapi tetap aja ga sanggup dibawa ke jalur menanjak. Jadi opsinya kami pinjem kereta Bapak. Ahad kereta bapak kami bawa pulang dan si mobilmio ditinggal di rumah bapak, tukeran gitu 😄

2. Konsumsi

Eyipi udah wanti-wanti minta dimasakin Indomie goreng dua bungkus sama nugget. Katanya dari zaman dia kecil tiap piknik atau study tour dia selalu dibekalin Indomie goreng dan harus dua bungkus, wkwk.. Ya udah gapapa, ga sering2 juga kok makan mie instan. Jadi pagi2 kelar subuh saya bikin mie goreng sederhana sesuai rikues dia. Tapi meskipun simpel tetap aja saya masukin duo bawang, cabe, baso sapi, telur sama kol biar ga sepi2 banget. Saya bawa nasi porsi makan kami berdua. Trus di kulkas saya liat masih ada sisa tumis bunga pepaya sama balado terong telor puyuh. Yaudah itu aja saya panasin trus saya bawa juga. Eyipi ke luar, ternyata beli lauk tambahan; ayam goreng tepung, lele goreng, tahu goreng, sama telor dadar. Saya kaget, banyak kali lah yg dibeli, wkwkwk... Tapi ga semua saya bawa. Trus bawa buah potong juga. Yang di kulkas adanya nanas sama pepaya, yo wis diangkut sekalian..

Kami berencana berangkat jam 7 pagi dari rumah. Qadarullah mesin air mendadak mati, padahal saya masih harus cuci piring bekas masak dan tentu aja harus mandi. Eyipi udah uring uringan karena kami kesiangan tapi tetap berusaha benerin mesin air. Saya udah degdegan terus, teringat dulu zaman kuliah kalau diajakin teman2 utk ke daerah Tanah Karo sana naik kereta saya selalu nolak dan gak berani. Eh sekarang malah nekad pergi berdua 😅

Alhamdulillaah sekitar setengah jam kemudian mesin air nyala. Saya ngebut nyuci piring trus mandi. Eyipi ngasih makan kucing2 sambil ngecek2 kebutuhan mereka sebelum ditinggal biar aman. Selesai semua persiapan, kami berangkat. Saya lirik jam tangan, berangkat jam 08:32. Bismillah.. Berangkat.

Di perjalanan saya memperbanyak zikir. Jujur ini pengalaman baru bagi saya ke sana naik kereta, ada rasa takut dan khawatir tapi saya tepis. Terus terusan minta perlindungan sama Allah sambil lihat pemandangan kanan kiri. MasyaAllah... Mungkin bagi orang lain biasa aja, tapi bagi kami yg jarang sekali berpergian rasanya menyenangkan. Di tengah perjalanan saya baru sadar kalau lupa pake jaket. Astaghfirullaahal'adziim.. Udah lewat daerah Bandar Baru saya baru sadar, wkwkwk.. Ya sama eyipi pun ga nyadar juga. Karena selama ini saya tu kalo pake jaket selalu di dalam khimar jadi emang ga keliatan. Jaketnya ketinggalan  di rumah 🤣 saya bersyukur udaranya ga dingin2 kali.. Ya sejuk2 aja gitu kek pake AC siang2 suhu 25 derajat celcius, hehehe..

Saat ngelewatin Penatapan kabutnya cukup tebal dan mendung. Bahkan pas di depan pabrik aqua hujan rintik2. Suhu turun, berasa lebih dingin. Mungkin sekitar 21 derajat celcius (?) Hehehe.. Rasa dinginnya mirip kek di daerah Batu, Malang. Saya makin merapatkan posisi duduk dan mengencangkan pegangan ke eyipi. Alhamdulillaah hujan turun sebentar saja dan cuma di depan pabrik aqua. Sekitar pukul 09:50 kami berhenti sebentar di Alfamart dekat penjual bunga2 dan kebun stroberi. Eyipi stretching sedikit dan saya ngacir cari jajanan 😁Dari situ Bukit Kubu ternyata sudah dekat, sepuluh menit lagi saat kami cek di gmaps. 

Alhamdulillaah jam 10:17 kami sampai di Bukit Kubu. Tiket masuk Rp 50.000 untuk satu kereta/motor, sudah dapat tikar dan gratis parkir seingat saya (agak ga yakin juga sih waktu itu eyipi bayar parkir atau enggak 😅). Karena kami datang di hari kerja (Selasa), Bukit Kubu ga banyak pengunjung. Saya lihat ada empat bus Damri yg membawa anak2 usia Sekolah Dasar beserta guru, orang tua dan pendeta. Kayanya mereka lagi acara retreat gitu, karena di ruang terbuka jadi sayup2 terdengar pendeta berkhotbah. Selain mereka, di kejauhan juga ada sekelompok keluarga. Kami memilih duduk di bawah pohon berlainan sisi dengan pengunjung yg lain. Setelah menggelar tikar, kami duduk sebentar dan minum kopi yg dibawa eyipi. Trus langsung bongkar bekal dong, hehehe..

Menu sederhana


Sebenarnya tujuan awal kami pergi ke sini sebagai bentuk escape from routinity. Meskipun kerja dari rumah tapi semenjak Oktober eyipi gabung kembali ke start up design agency yg mengharuskan dia kerja from nine to five dah mirip2 sama orang kantoran. Frekuensi kami ke luar rumah jauh berkurang drastis dibanding dulu awal2 nikah dikarenakan pandemi corona dan yah karena eyipi kerjanya jadi terikat jam kerja kan.. Libur cuma akhir pekan. Alhamdulillaah... Semuanya disyukuri, ketika masa2 lagi sulit kek gini, banyak orang diberhentikan dari pekerjaannya tapi Allah masih lapangkan untuk bisa dapat tambahan pekerjaan. Alhamdulillaah.. Alhamdulillaah... Tapi ya namanya manusia, ada perasaan jenuh, lelah, bosan sama rutinitas meskipun ga bermaksud untuk kufur nikmat. Hanya rindu aja ke luar, ngeliat2 hal lain bukan cuma jalanan rute Johor - Mabar, hehehe...

Waktu di daerah Sibolangit, dari kejauhan keliatan berkabut eyipi bilang "masyaAllah.. Aku liat gitu aja udah hepi, berasa tercharger lagi semangatnya" Hehehe.. Alhamdulillaah kalau dia hepi 😁

Kabut di kejauhan yg dipotret eyipi


Di Bukit Kubu kami cuma duduk2 aja menikmati angin sejuk sambil ngobrol dan ngemil. Sekitar jam 11:30 eyipi baringkan badan, saya bercanda ngeledekin dia "jauh kali lah mau tidur siang sampe bukit kubu" 😝 dia sempat tertidur sebentar. Kami sholat zuhur di musholla Bukit Kubu. Mushollanya sepi. Di bagian ikhwan cuma ada eyipi sendiri. Selesai sholat kami langsung gerak ke Pasar Buah Berastagi. Tujuan kami memang cuma ke Bukit Kubu dan Pasar Buah utk beli oleh2 sedikit. Di Pasar Buah Berastagi juga sepi. Di sana saya beli buah markisa dan beberapa jenis sayur. Oya saya juga beli stroberi, raspberi dan mulberi. Semuanya dalam jumlah sedikit karena khawatir kesulitan bawanya naik kereta.

Sekitar jam setengah dua siang kami putar balik menuju Medan. Saya mampir ke Resto Bahagia yg direkomendasi Wulan, katanya wajik dan risolnya enak. Saya beli wajik dan kue2 macam risol, lemper dan kemplang. Sampai di rumah kue2 itu baru sempat saya cicip dan ternyata beneran enak 😋👍 Perjalanan pulang cukup melelahkan dan bikin degdegan karena banyak kali truk angkat pasir atau tanah gitu... Memang kalau diperhatikan jalanan di sana jauh berbeda dari yg saya ingat. Beberapa bagian jalan nampak bekas2 longsor, ada juga truk2 yg bawa hasil "tambang" berupa tanah kerukan. 

Alhamdulillaah kami tiba di rumah jam 16:10 setelah sempat berhenti utk istirahat dan isi minyak.  Sampai di rumah penuh rasa syukur karena tidak ada kekurangan apapun, kucing2 juga aman saat kami tinggal. Rasanya capek tapi bahagia. Kaya dapat energi baru lagi, hehehe.. Eyipi siap utk ngedesain lagi, dan saya siap utk jadi baboo kucheng lagi, wkwkwk..

Perjalanan kami mungkin biasa aja, tapi bagi saya sendiri sangat berkesan. Saya berhasil melawan ketakutan utk pergi ke Tanah Karo naik kereta. Saya juga banyak merenung di perjalanan pergi dan pulang. Melihat kondisi alam yg mulai berubah, ada rasa sedih di hati. Memang manusia ini biang kerok perusak alam. Oya, di jalan pulang kami ketemu sama gerombolan monyet di pinggir jalan yg lagi cari makan. Saya liat mereka kek ngebongkar bungkusan plastik yg ga tau isinya apaan. Saya khawatir sama kondisi mereka takut sampai ke tengah jalan, semoga semua pengendara di sana berhati2 ketika berpapasan sama mereka.

Panjang juga ya ceritanya, hahaha.. Tapi rasanya seneng bisa "bertutur" di sini.

Sabtu, 13 Maret 2021

Lush Arrangement Iseng

Bismillah

Beberapa waktu lalu pernah liat postingan Mba Tantri Merati di @tersipu.sipu tentang tanaman2 yg dianggap oleh bapak dan tukang kebonnya sebagai semak2 serta rumput liar namun Mba Tantri ubah menjadi rangkaian "bunga" yg apik sekali. Di highlight ignya beliau beri judul "lush arrangement".

Ini lush arrangement nya Mba Tantri
           
Kenapa kata bunga saya beri tanda kutip? Karena secara harfiah rangkaian tersebut hampir tidak ada bunganya 🤭 dominan dedaunan. Lalu ketika saya merapihkan tanaman2 di halaman, terbersit ide memanfaatkan daun2 rumput liar dan daun yg sudah layu menjadi lush arrangement juga, hihi.. Tapi yaa seperti yg sudah diduga, ga bertahan lama hitungan menit saja sudah dihajar kucing2 kepo di rumah. Ya sudahlah yaa~~ yg penting kakak sempat bahagyaa meski sesaat, wkwk..
Lush arrangement a la kakak.. Duh jangan
dibandingin sama yg udah pro ya, hihi..
Masih acak acakan kaleee


Dari dekat
                             

Cuma nemu bunga liar ini ga tau namanya apa




Sabtu, 30 Januari 2021

Cah Kangkung Hasil Panen

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Blog ini kalau kita ibaratkan rumah, sudah lama ditinggalkan pemiliknya begitu saja. Pagar depannya karatan, berdecit ketika dibuka dan nampaknya perlu diminyaki. Rumput di pekarangan tingginya mungkin lebih dari sebetis orang dewasa, akarnya sudah mencengkeram tanah dengan erat. Masuk ke dalam rumah, tulisan2 di blog ini seperti perabotan yg sudah usang dimakan zaman, tak update, tak kekinian, bahkan mungkin sudah tak relevan. Banyak debu dan sarang laba2 menggantung di sudut rumah saking tak pernah dikunjungi.

Seorang kakak baik hati yg selalu saya rindukan kehadirannya, menyemangati saya untuk kembali ke rumah ini. Di sini, kiranya kami bisa saling menyimak kisah dari kejauhan sambil duduk santai menyesap teh favorit masing2 (teh kayu manis pilihannya dan saya cukup teh hijau saja). Di luar sana terlalu riuh, dia sadar lebih dulu. Saya menyusul belakangan. Namun pada akhirnya kami sepakat untuk kembali ke sini saja.

Hhh.. Apa yg harus saya lakukan pertama kali? Tentu saja bersih2. Sambil saya berusaha mengisi rumah ini dgn "perabotan" baru berupa tulisan2 yg bisa jadi tak bermutu, wkwk..

Beberapa waktu lalu eyipi mencoba menyemai benih kangkung menggunakan besek. Sebagai pemula, dia lakukan sebisanya. Benih2 itu ditebarnya begitu saja di atas media tanam. Hari ketiga setelah ditabur, tunas mulai muncul. Makin hari tunas2 itu makin tinggi, makin ramai dan berdesak-desakan di dalam besek. Setelah lebih dari dua minggu pertumbuhan tunas kangkung mandek. Benih kangkung yg eyipi semai tumbuh menjadi kangkung pendek berbatang kurus. Saya sempat berpikir mungkin kangkung2 ini tak punya tempat yg cukup utk berkembang dan berniat utk memisahkan/memindahkan ke tempat lain. Namun setelah melihat postingan Mba Britania Sari di ig ternyata kangkung tak perlu disemai tapi tanam dengan berjarak. Ah.. Pantas saja kangkung yg ditanam eyipi kurus ternyata berebut nutrisi karena ditanam dengan asal-asalan.
Kangkung usia seminggu, dipotret dari jendela
                   
Idealnya kangkung dipanen setelah hari ketigapuluh, tapi sebelum sampai ke hari itu, tanaman kangkung kami mulai menunjukkan tanda2 menyerah. Batangnya mulai layu dan daunnya menguning. Daripada berakhir tidak bermanfaat jadi saya panen saja lah..

Sudah banyak daun yg kuning
              

Setelah dipetiki alhamdulillaah dapat segini

Saya masak cah kangkung dengan menggunakan satu bawang putih ukuran kecil. Setelah bawang putih dicincang, saya tumis dengan sedikit minyak sampai harum. Masukkan kangkung, saya bumbui dgn garam, gula, merica dan kaldu jamur. Tambahkan sedikit sekali air, oseng2 sebentar hingga layu. Cah kangkung bawang putih porsi mini siap dijadikan menu makan siang kami ditemani ayam goreng saus korea (yangyeom tongdak). MasyaAllah.. Alhamdulillaah.. Perasaan yg menyenangkan bisa mengolah hasil panen sendiri meskipun tak seberapa. Jadi makin semangat lagi utk menanam tanaman pangan di rumah.

Selamat makan~