Rabu, 23 Januari 2013

Notes of My Journey


Bismillaahirrohmaanirrohiim..

Assalamu’alaikum..
Sabtu lalu (19 Januari 2013) saya diundang ke sebuah acara pengajian. Menurut undangan yang sampai ke handphone saya, acara dimulai pukul 08.30 WIB dan bagi yang terlambat dikenai iqob (sanksi).

Pada hari H, sejak pukul 07.15 saya telah berangkat dari rumah. Untuk sampai ke tempat tujuan, saya harus naik angkot dua kali. Awalnya naik angkot dari depan gang ke sebuah simpang (Simpang Mabar) kemudian dilanjut angkot lain langsung ke tujuan. Sehari sebelumnya saya telah membuat janji dengan seorang teman baik untuk berbarengan pergi ke sana karena kami berdua tidak tau persis letaknya di mana. Kami pun menyepakati bertemu pada pukul delapan pagi. Namun, sudah lebih dari 25 menit saya menunggu angkot di Simpang Mabar angkot yang saya cari belum juga muncul. Kalaupun muncul ternyata sudah penuh penumpang dan tidak ada tempat duduk lagi. T__T

Sudah hampir pukul delapan dan saya mulai panik. Syukurlah setelah itu angkot yang saya cari muncul meskipun dalam keadaan nyaris penuh. Duduk berdesak-desakan membuat saya tidak sadar kalau ada pesan masuk dari teman saya.

Saya tiba di tempat yang kami janjikan untuk bertemu pukul 08.58. Sebelumnya saya telah mengirim pesan ke teman agar berangkat terlebih dulu. Saat ingin menghubunginya ternyata pulsa tidak mencukupi (_ _”) #parah lu ah..!
Saya langsung mencari kios pedagang pulsa. Sayangnya belum ada yang buka. Saya makin bingung, sms saya yang menanyakan keberadaan teman tidak dibalas. Mungkin masalah sinyal dan pesan yang saya kirim belum sampai.

Sudah pukul sembilan lewat, saya merasa sungkan kalau harus datang terlambat. Bukan takut di-iqob namun lebih ke pada rasa tidak pantas (menurut saya). Apalagi saya tidak tau lokasi acaranya di mana. Saya memutuskan untuk pulang ke rumah.
Di tengah kegalauan saat menunggu angkot (hallah...) tiba-tiba terlintas di pikiran untuk pergi jalan-jalan naik kereta. Kebetulan tempat menunggu angkot saat itu tidak begitu jauh dari Stasiun Besar Kota Medan. Saya langsung memberhentikan angkot yang kebetulan melintas dan langsung ke stasiun.

Saya turun tepat di depan Kantor Pos Kota Medan, menyeberang jalan melalui jembatan penyebrangan, berjalan kaki kira-kira 150 meter menyusuri Lapangan Merdeka Medan dan tibalah saya di stasiun. Karena masih pagi, stasiun belum begitu ramai oleh calon penumpang maupun pengantar. Saya berbarengan dengan sekelompok siswa Taman Kanak-kanak beserta guru dan orang tuanya yang akan berekreasi naik kereta wisata Sri Lelawangsa tujuan Binjai.


Sebelum membeli tiket saya mencari pedagang pulsa di sekitar stasiun. Alhamdulillah.. akhirnya pulsanya terisi juga, saya pun langsung menuju ke loket. Tiket kereta Medan – Binjai  Rp 5000,00. di loket pembelian tiket, anak-anak TK ini mulai beraksi. Hahaha.. kalau ingat ini saya jadi cekikikan sendiri. Mereka berlarian tak tentu arah, seluncuran di lantai, gelantungan di pagar pembatas, memanjat, berteriak. Segala ekspresi yang menandakan kebahagiaan mereka tampilkan.


 
lah yang ini malah panjatan
seluncuran di lantai

Ibu gurunya sampai kewalahan menangani mereka meskipun beberapa siswa sudah didampingi orang tuanya.
”Yang bandel-bandel pulak yang orang tuanya tak ikut” kata seorang guru yang berhasil ”menangkap” seorang anak didiknya yang nyelonong lari ke luar stasiun. Saya cuma tersenyum mendengarnya.

Berbondong-bondong kami menuju peron dua. Menurut jadwal, kereta yang akan kami naiki tiba pukul  10.00 dan langsung berangkat ke Binjai. Masih ada waktu setengah jam sebelum kereta datang, saya mencari tempat duduk kosong dan menyapa dua orang perempuan muda sesama calon penumpang. Mereka kakak beradik. Si kakak sudah menyelesaikan studi S1 nya di Kampus Harapan dan sekarang sedang mengajar di Sekolah Menengah Pertama milik kampus tersebut. Sedangkan adiknya masih kuliah Sekolah Tinggi Bahasa Asing di kampus yang sama. Mereka asli orang Binjai dan tiap akhir pekan selalu menyempatkan diri pulang ke rumah untuk melepas rindu ke pada orang tua.

Saat mereka bertanya perihal saya, mereka terkejut saat saya katakan berangkat sendiri ke Binjai. Mereka kira saya juga orang Binjai yang akan pulang ke sana. Mereka heran mengapa cewek sekecil saya berani berangkat sendiri naik kereta. Hehehe.. saya jelaskan ke mereka kalau saya memang terbiasa pergi jalan-jalan sendiri.

Di Sumatera Utara khususnya di Medan, kereta adalah alat transportasi antar kota yang pastinya waktu tempuhnya cukup lama. Dan waktu tempuh paling singkat adalah ke Binjai kurang lebih 45 menit. Keretanya juga berbeda, lebih bersih dan rapi daripada kereta tujuan Tebing Tinggi atau Rantau Prapat.
tuh, bersih kan keretanya.. ^^

Tepat pukul sepuluh kereta tiba di peron dua. Saya mendengar sorak-sorai anak TK yang antusias menyambut kedatangan kereta. Oh ya, setelah saya ke peron dua ternyata ada lagi anak-anak sekolah yang rekreasi bersama gurunya tapi mereka anak Sekolah Dasar. Makin rame deh.. ^^

Saya menuju gerbong paling belakang beserta dua orang kenalan dan memilih bangku di samping jendela. Kedua kakak beradik itu duduk di bangku sebelah. Di perjalanan banyak hal yang saya amati. Sayangnya saya kesulitan mengabadikannya. Daerah pinggiran rel memang cukup memprihatinkan. Kesan yang ditimbulkan sangat kumuh. Jauh dari kata sehat. Memang tidak seratus persen daerah yang saya lalui kumuh, ada juga yang cukup bersih ataupun dikelilingi sawah. Ada yang tinggal dekat sekali dengan badan rel sampai saya berpikir bahaya sekali jika sedang ke luar pintu rumah dan tersambar kereta. Na’udzubillah..

Belum lagi anak-anak dengan bebas bermain nyaris ke badan rel. Membayangkannya membuat saya bergidik. Ada daerah yang saya lalui tapi saya tidak tau tepatnya itu daerah apa, apakah masih di Medan atau sudah nyaris masuk daerah Binjai, keadaan ekonominya sangat timpang. Di pinggiran rel terpaparlah kawasan kumuh yang sangat memprihatinkan dan tepat di belakang perumahan kumuh ada tembok yang cukup tinggi dan berdirilah kawasan perumahan yang terlihat cukup elit di mata saya. Sebuah ironi kehidupan. Kamu tinggal di rumah mewah, dan saya tidak tau apakah kamu mengetahui keadaan tetangga di belakang rumahmu? Atau kamu tau hanya saja pura-pura tidak tau? (ribet amat bahasanya yak)

Pikiran-pikiran saya yang berseliweran tiba-tiba ”terusik” dengan lantunan lagu Balonku Ada Lima yang dinyanyikan dengan koor asal-asalan siswa-siswa TK dan SD di gerbong sebelah. Sepertinya mereka telah sepakat menyatukan kekuatan untuk sama-sama meramaikan kereta dari gerbong paling depan sampai yang paling belakang. Jujur saja saya ikut bersenandung mengikuti irama yang mereka nyanyikan. Hehe.. medley lagu anak-anak mulai dari Balonku, Di sana senang Di sini senang, Naik Kereta Api, Naik Ke Puncak Gunung, dll hingga berakhir di lagu nya Cakra Khan. Saya sempat terkikik mendengarnya. :D


Di kereta saya juga disapa oleh gerombolan mahasiswa AKPER Sari Mutiara yang sedang liburan. Mereka menanyakan tujuan saya dan setelah tau saya akan ke BSM (Binjai Super Mall) mereka mengajak saya untuk berbarengan karena mereka tidak tau tempatnya. Alhamdulillah di perjalanan saya mendapatkan teman seperjalanan yang baik meskipun di akhir perjalanan saya baru ingat belum menanyakan siapa nama kakak beradik yang saya kenal sebelumnya. Hehehe.. lupa.. :p

Alhamdulillah tidak sampai 45 menit kereta tiba di Stasiun Kota Binjai. Turun dari kereta saya langsung berpisah dengan kakak beradik itu karena mereka harus naik becak menuju rumahnya. Sedangkan saya cukup berjalan kurang lebih 300 meter dari stasiun untuk sampai ke tujuan bersama gerombolan mahasiswa AKPER. Di depan BSM kami berpisah karena mereka memutuskan untuk jalan-jalan ke Ramayana Binjai terlebih dulu.

Tiba di BSM tempat yang pertama kali saya kunjungi adalah Gramedia. Puas berkeliling dan membaca buku resep masakan saya pindah ke Hypermart. Di Hypermart ini dengan PD nya saya foto-foto sendiri. Hihihi..
Setelah itu saya makan siang di tempat favorit saya karena sudah cocok dengan rasa mie ayamnya, Es Teler 77. Masih pukul 13.00 dan saya memilih untuk jalan-jalan berkeliling lagi.

Alarm saya berbunyi tepat pukul 14.00, waktunya saya pulang menuju Stasiun Binjai. Saya berjalan kaki lagi ke sana, bertemu lagi dengan mahasiswa AKPER dan saat di kereta berbarengan lagi dengan anak-anak TK dan SD yang sama. Kenapa mereka memutuskan untuk pulang dengan jadwal kereta yang sama dengan saya yah..? hehe..
Pukul 14.30 suara mesin kereta terdengar, kereta membawa kami pulang ke Medan dan Binjai memberi kenangan yang cukup menyenangkan untuk kesendirian saya. ^^


Wassalamu’alaikum..
Mdn, 21.01.13
_miyukotaque_

6 komentar:

  1. Ayuuuuk, nggak ngajak2 Yanti...
    Huhuhu...
    #ngambekecek2 :D

    BalasHapus
  2. Yantiiii... Akhirnya bersedia main ke sini. Hehe..
    #pdahal emg br ada isinya
    duh, jd isin (malu) tulisannya dibaca yanti. Secara yg baca anak FLP :p
    Hihihi

    BalasHapus
  3. kalo di solo mirip kereta Pramex (Prambanan Express)tujuan Jogjakarta. Perjalanan cuma 1 jam. Pernah deh dari solo ke malioboro PP naik pramex ini. Seru banget....
    mau dong diajak jalan ke Binjai *ngimpi*

    BalasHapus
  4. Ahaha... aku ngakak banget deh pas anak2 nyanyiin lagu cakrakan :D :D
    Bisa2nya mereka tau lagu itu,hehe..

    Tapi asik banget itu jalan-jalan naik kereta... kalau di jogja namanya kereta pramex (kaya yang komen di atasku), atau kalau mau keren dikit naik madiun jaya, wah keretanya bersih banget... ber AC pula, kamu harus coba deh yu... :)

    BalasHapus