Rabu, 23 Januari 2013

Onde-onde Ketan Hitam


Bismillahirrohmaanirrohiim..

Assalamu’alaikum..
Alhamdulillah saya bisa memposting tulisan kembali. Kali ini saya memposting Onde Onde Ketan Hitam yang dibuat tanggal 15 Januari yang lalu. Sebenarnya emak sudah lama berkeinginan untuk membuat onde-onde ini sejak melihat liputan di salah satu televisi swasta mengenai onde-onde yang terbuat dari pulut (ketan) hitam. Namun kami cukup kesulitan mencari kacang hijau tanpa kulit. Memang bisa saja membuat isinya dengan kacang hijau yang biasa (dengan kulit) tapi rasanya kurang afdol menurut emak. Alhasil saya berkeliling ke supermarket di Kota Medan dan menemukan kacang hijau tanpa kulit. Harganya sekilo Rp 40.000,00 dan bagi saya ini cukup mahal. Saya hanya membeli 250 gram saja.



Kacang hijaunya sendiri saya beli dari bulan November 2012 dan baru sempat diolah bulan Januari 2013 ini. Hehehe.. syukurlah keadaannya masih baik. Oleh emak kacang hijaunya direndam, direbus, ditambah santan dan gula. Jadilah isi onde-onde yang wangi, manis, dan legit. Kacang hijau yang telah diolah ini kami bagi dua, sebagian untuk isian roti kukus (pau) dan sisanya untuk isian onde-onde ini. Sayangnya, pau yang kami buat pada hari Minggu (13 Januari) tidak sempat didokumentasikan. Jadinya kan tidak bisa pamer pau yang putih mulus, empuk, menul-menul. Hehehe.. :p


Oya, onde-onde yang saya buat wijennya sebagian ada yang kehitaman yak. Hehe.. Sebenarnya itu sisa dari membuat Daigaku Imo (snack dari Jepang berupa ubi goreng yang disiram karamel dan ditaburi wijen) beberapa waktu lalu. Saat itu dengan cerobohnya saya meninggalkan wijen di atas teflon panas untuk menyapa keponakan saya. Alhasil sebagian wijen sukses saya buat gosong. Hehe.. Karena wijennya tinggal sedikit jadi tidak seluruh onde-onde saya berbalut wijen. Tapi untuk mejeng di blog dan fb saya pilih yang bersalut wijen pastinya meskipun tidak rapat.

Dari pada mendengarkan (atau membaca-red) ocehan saya, langsung saja kita intip resep onde-ondenya ^^

Onde-Onde Ketan Hitam

Bahan Kulit:
-         150 gr tepung ketan hitam
-         75 gr tepung ketan putih
-         25 gr tepung sagu/kanji
-         180 ml air hangat
-         ½ sdt garam
-         1 – 2 sdm gula pasir

Cara Membuat:
  1. Campur dan ayak ketiga macam tepung, sisihkan.
  2. Larutkan gula dan garam dengan air hangat
  3. Tuangkan sedikit demi sedikit larutan air gula ke wadah berisi tepung sambil diuleni sedikit hingga kalis dan bisa dipulung.
  4. Bulatkan isian kacang hijau
  5. Ambil adonan secukupnya, bulatkan dan isi dengan kacang hijau yang telah dibulatkan.
  6. Gulingkan adonan yang telah dibulatkan ke wijen
  7. Goreng hingga matang

Mudah kan membuatnya? ^^
Ada beberapa tips yang ingin saya bagikan:
  • Air yang saya gunakan tidak terpakai seluruhnya karena adonannya mudah kalis namun cepat kering
  • Ketika adonan dirasa terlalu kering, tetesi kembali dengan sisa air tadi.
  • Jika khawatir wijen tidak melekat dengan baik, Anda bisa menggulingkan onde-onde pada air yang diletakkan di piring kecil sebelum menggulingkannya pada wijen. InsyaAlloh wijen-wijen itu akan melekat dengan sempurna. ^^

Mungkin itu saja yang dapat saya ceritakan kali ini.
Wassalamu’alaikum..
Mdn, 22.01.13
_miyukotaque_

Notes of My Journey


Bismillaahirrohmaanirrohiim..

Assalamu’alaikum..
Sabtu lalu (19 Januari 2013) saya diundang ke sebuah acara pengajian. Menurut undangan yang sampai ke handphone saya, acara dimulai pukul 08.30 WIB dan bagi yang terlambat dikenai iqob (sanksi).

Pada hari H, sejak pukul 07.15 saya telah berangkat dari rumah. Untuk sampai ke tempat tujuan, saya harus naik angkot dua kali. Awalnya naik angkot dari depan gang ke sebuah simpang (Simpang Mabar) kemudian dilanjut angkot lain langsung ke tujuan. Sehari sebelumnya saya telah membuat janji dengan seorang teman baik untuk berbarengan pergi ke sana karena kami berdua tidak tau persis letaknya di mana. Kami pun menyepakati bertemu pada pukul delapan pagi. Namun, sudah lebih dari 25 menit saya menunggu angkot di Simpang Mabar angkot yang saya cari belum juga muncul. Kalaupun muncul ternyata sudah penuh penumpang dan tidak ada tempat duduk lagi. T__T

Sudah hampir pukul delapan dan saya mulai panik. Syukurlah setelah itu angkot yang saya cari muncul meskipun dalam keadaan nyaris penuh. Duduk berdesak-desakan membuat saya tidak sadar kalau ada pesan masuk dari teman saya.

Saya tiba di tempat yang kami janjikan untuk bertemu pukul 08.58. Sebelumnya saya telah mengirim pesan ke teman agar berangkat terlebih dulu. Saat ingin menghubunginya ternyata pulsa tidak mencukupi (_ _”) #parah lu ah..!
Saya langsung mencari kios pedagang pulsa. Sayangnya belum ada yang buka. Saya makin bingung, sms saya yang menanyakan keberadaan teman tidak dibalas. Mungkin masalah sinyal dan pesan yang saya kirim belum sampai.

Sudah pukul sembilan lewat, saya merasa sungkan kalau harus datang terlambat. Bukan takut di-iqob namun lebih ke pada rasa tidak pantas (menurut saya). Apalagi saya tidak tau lokasi acaranya di mana. Saya memutuskan untuk pulang ke rumah.
Di tengah kegalauan saat menunggu angkot (hallah...) tiba-tiba terlintas di pikiran untuk pergi jalan-jalan naik kereta. Kebetulan tempat menunggu angkot saat itu tidak begitu jauh dari Stasiun Besar Kota Medan. Saya langsung memberhentikan angkot yang kebetulan melintas dan langsung ke stasiun.

Saya turun tepat di depan Kantor Pos Kota Medan, menyeberang jalan melalui jembatan penyebrangan, berjalan kaki kira-kira 150 meter menyusuri Lapangan Merdeka Medan dan tibalah saya di stasiun. Karena masih pagi, stasiun belum begitu ramai oleh calon penumpang maupun pengantar. Saya berbarengan dengan sekelompok siswa Taman Kanak-kanak beserta guru dan orang tuanya yang akan berekreasi naik kereta wisata Sri Lelawangsa tujuan Binjai.


Sebelum membeli tiket saya mencari pedagang pulsa di sekitar stasiun. Alhamdulillah.. akhirnya pulsanya terisi juga, saya pun langsung menuju ke loket. Tiket kereta Medan – Binjai  Rp 5000,00. di loket pembelian tiket, anak-anak TK ini mulai beraksi. Hahaha.. kalau ingat ini saya jadi cekikikan sendiri. Mereka berlarian tak tentu arah, seluncuran di lantai, gelantungan di pagar pembatas, memanjat, berteriak. Segala ekspresi yang menandakan kebahagiaan mereka tampilkan.


 
lah yang ini malah panjatan
seluncuran di lantai

Ibu gurunya sampai kewalahan menangani mereka meskipun beberapa siswa sudah didampingi orang tuanya.
”Yang bandel-bandel pulak yang orang tuanya tak ikut” kata seorang guru yang berhasil ”menangkap” seorang anak didiknya yang nyelonong lari ke luar stasiun. Saya cuma tersenyum mendengarnya.

Berbondong-bondong kami menuju peron dua. Menurut jadwal, kereta yang akan kami naiki tiba pukul  10.00 dan langsung berangkat ke Binjai. Masih ada waktu setengah jam sebelum kereta datang, saya mencari tempat duduk kosong dan menyapa dua orang perempuan muda sesama calon penumpang. Mereka kakak beradik. Si kakak sudah menyelesaikan studi S1 nya di Kampus Harapan dan sekarang sedang mengajar di Sekolah Menengah Pertama milik kampus tersebut. Sedangkan adiknya masih kuliah Sekolah Tinggi Bahasa Asing di kampus yang sama. Mereka asli orang Binjai dan tiap akhir pekan selalu menyempatkan diri pulang ke rumah untuk melepas rindu ke pada orang tua.

Saat mereka bertanya perihal saya, mereka terkejut saat saya katakan berangkat sendiri ke Binjai. Mereka kira saya juga orang Binjai yang akan pulang ke sana. Mereka heran mengapa cewek sekecil saya berani berangkat sendiri naik kereta. Hehehe.. saya jelaskan ke mereka kalau saya memang terbiasa pergi jalan-jalan sendiri.

Di Sumatera Utara khususnya di Medan, kereta adalah alat transportasi antar kota yang pastinya waktu tempuhnya cukup lama. Dan waktu tempuh paling singkat adalah ke Binjai kurang lebih 45 menit. Keretanya juga berbeda, lebih bersih dan rapi daripada kereta tujuan Tebing Tinggi atau Rantau Prapat.
tuh, bersih kan keretanya.. ^^

Tepat pukul sepuluh kereta tiba di peron dua. Saya mendengar sorak-sorai anak TK yang antusias menyambut kedatangan kereta. Oh ya, setelah saya ke peron dua ternyata ada lagi anak-anak sekolah yang rekreasi bersama gurunya tapi mereka anak Sekolah Dasar. Makin rame deh.. ^^

Saya menuju gerbong paling belakang beserta dua orang kenalan dan memilih bangku di samping jendela. Kedua kakak beradik itu duduk di bangku sebelah. Di perjalanan banyak hal yang saya amati. Sayangnya saya kesulitan mengabadikannya. Daerah pinggiran rel memang cukup memprihatinkan. Kesan yang ditimbulkan sangat kumuh. Jauh dari kata sehat. Memang tidak seratus persen daerah yang saya lalui kumuh, ada juga yang cukup bersih ataupun dikelilingi sawah. Ada yang tinggal dekat sekali dengan badan rel sampai saya berpikir bahaya sekali jika sedang ke luar pintu rumah dan tersambar kereta. Na’udzubillah..

Belum lagi anak-anak dengan bebas bermain nyaris ke badan rel. Membayangkannya membuat saya bergidik. Ada daerah yang saya lalui tapi saya tidak tau tepatnya itu daerah apa, apakah masih di Medan atau sudah nyaris masuk daerah Binjai, keadaan ekonominya sangat timpang. Di pinggiran rel terpaparlah kawasan kumuh yang sangat memprihatinkan dan tepat di belakang perumahan kumuh ada tembok yang cukup tinggi dan berdirilah kawasan perumahan yang terlihat cukup elit di mata saya. Sebuah ironi kehidupan. Kamu tinggal di rumah mewah, dan saya tidak tau apakah kamu mengetahui keadaan tetangga di belakang rumahmu? Atau kamu tau hanya saja pura-pura tidak tau? (ribet amat bahasanya yak)

Pikiran-pikiran saya yang berseliweran tiba-tiba ”terusik” dengan lantunan lagu Balonku Ada Lima yang dinyanyikan dengan koor asal-asalan siswa-siswa TK dan SD di gerbong sebelah. Sepertinya mereka telah sepakat menyatukan kekuatan untuk sama-sama meramaikan kereta dari gerbong paling depan sampai yang paling belakang. Jujur saja saya ikut bersenandung mengikuti irama yang mereka nyanyikan. Hehe.. medley lagu anak-anak mulai dari Balonku, Di sana senang Di sini senang, Naik Kereta Api, Naik Ke Puncak Gunung, dll hingga berakhir di lagu nya Cakra Khan. Saya sempat terkikik mendengarnya. :D


Di kereta saya juga disapa oleh gerombolan mahasiswa AKPER Sari Mutiara yang sedang liburan. Mereka menanyakan tujuan saya dan setelah tau saya akan ke BSM (Binjai Super Mall) mereka mengajak saya untuk berbarengan karena mereka tidak tau tempatnya. Alhamdulillah di perjalanan saya mendapatkan teman seperjalanan yang baik meskipun di akhir perjalanan saya baru ingat belum menanyakan siapa nama kakak beradik yang saya kenal sebelumnya. Hehehe.. lupa.. :p

Alhamdulillah tidak sampai 45 menit kereta tiba di Stasiun Kota Binjai. Turun dari kereta saya langsung berpisah dengan kakak beradik itu karena mereka harus naik becak menuju rumahnya. Sedangkan saya cukup berjalan kurang lebih 300 meter dari stasiun untuk sampai ke tujuan bersama gerombolan mahasiswa AKPER. Di depan BSM kami berpisah karena mereka memutuskan untuk jalan-jalan ke Ramayana Binjai terlebih dulu.

Tiba di BSM tempat yang pertama kali saya kunjungi adalah Gramedia. Puas berkeliling dan membaca buku resep masakan saya pindah ke Hypermart. Di Hypermart ini dengan PD nya saya foto-foto sendiri. Hihihi..
Setelah itu saya makan siang di tempat favorit saya karena sudah cocok dengan rasa mie ayamnya, Es Teler 77. Masih pukul 13.00 dan saya memilih untuk jalan-jalan berkeliling lagi.

Alarm saya berbunyi tepat pukul 14.00, waktunya saya pulang menuju Stasiun Binjai. Saya berjalan kaki lagi ke sana, bertemu lagi dengan mahasiswa AKPER dan saat di kereta berbarengan lagi dengan anak-anak TK dan SD yang sama. Kenapa mereka memutuskan untuk pulang dengan jadwal kereta yang sama dengan saya yah..? hehe..
Pukul 14.30 suara mesin kereta terdengar, kereta membawa kami pulang ke Medan dan Binjai memberi kenangan yang cukup menyenangkan untuk kesendirian saya. ^^


Wassalamu’alaikum..
Mdn, 21.01.13
_miyukotaque_

Senin, 21 Januari 2013

Bubur Biji Delima



Bismillahirrohmaanirrohiim…

Assalamu’alaikum..





Saya hadir dengan sajian yang diberi tajuk ”Bubur Biji Delima”. Resepnya saya dapat dari buku resep masakan punya Bundanya murid les saya. Tapi saya lupa judulnya.. >.<”
Tempo hari waktu ngajar les privat, ada buku resep masakan di mejanya jadi saya pinjem aja. Karena segan mau pinjem dibawa ke rumah, alhasil resepnya saya fotoin satu-satu (saya males nyatetnya, hehe). Dan resep bubur ini salah satunya. Simpel dan bahannya mudah didapet.Uniknya lagi bubur ini bahan dasarnya bengkoang. Beberapa murid les saya ”beruntung” bisa ikut mencicipi. Dan katanya enak :D
Tapi menurut saya rasanya terlalu manis. Saya patuh banget sama resepnya. Gulanya sampe 200 gram. Kata emak itu kebanyakan. Maklum lah, saya masih beginner dan amateur banget. Jadinya bubur itu kami santap pake es batu biar gak berasa terlalu manis. Bubur ini buatnya juga udah lama, tanggal 23 Oktober 2012. Di bawah ini resepnya, gulanya bisa dimodif sesuai selera ya.. :D


Bubur Biji Delima
Sumber: Buku Resep Masakan punya Bunda Wahyu

Bahan A (Biji Delima):
200 gr bengkoang, kupas, cuci dan potong dadu kecil
25 gr gula pasir
½ sdt garam
300 ml air
200 gr tepung tapioka
Pewarna merah rose secukupnya

Bahan B (Bubur):
750 ml air
200 gr gula pasir
½ sdt garam
2 lbr pandan

Bahan C (Saus Santan):
200 ml santan kental
½ sdt garam
2 lbr pandan
1 sdm gula
½ sdt maizena dilarutkan dgn sedikit air

Cara membuat:
  1. Biji delima: Rebus 300 ml air dengan gula dan garam sampai mendidih. Masukkan bengkoang, masak kurleb 15’. Angkat dan tiriskan. Beri pewarna, ratakan. Gulingkan di atas tapioka.
  2. Bahan B: seluruhnya direbus hingga mendidih kemudian masukkan biji delima hingga mengapung dan kental.
  3. Bahan C: Masak hingga mendidih kemudian tuang larutan maizena hingga mengental.


A beginning



Bismillahirrohmaanirrohiim…

Assalamu’alaikum..
Ini postingan pertama saya setelah sekian lama saya punya blog #parah
Awalnya bingung blog ini mau diisi apa, tapi beberapa bulan belakangan ini saya mulai tertarik baca blog terutama tentang makanan. Apalagi saya demen banget makan (tapi badan gak gede2 :p) dan mulai menyukai dunia masak memasak.

Sejauh ini sih saya cuma jadi partisipan pasif. Cari resep di blog, nemuin yg okeh, dan dipraktekkan. Tapi kan gak semuanya sukses dan seringnya ada yg saya gak ngerti baik dari bahan maupun prosesnya. Akhirnya saya mulai berani ”menyapa” mbak ataupun ibu si empunya blog. Dan ternyata mereka ramah serta tidak keberatan berbagi ilmu dan tips memasaknya ke saya. Super sekali ...  :D
Apalagi foto2nya bagus banget. Terkadang saya gak habis pikir ibu rumah tangga aja foto2nya bisa okeh banget kaya gini, lah saya yang dapet mata kulia fotografi enam SKS foto2nya masih biasa aja. Hwehehe... jd maluuu.. >.<

So, berbekal dapur mini beserta isinya milik emak saya, saya mencoba untuk menyajikan ke hadapan Anda (hmm.. bahasanyaa..) hasil eksperimen saya yang diabadikan oleh kamera handphone. Iya, hape 5 MP doang. Not pocket cam, not DSLR. Belom punyaaaa.. >.< waktu praktek di kampus aja seringnya minjem punya temen. Semoga nantinya blog ini bisa sedikit berguna buat Anda, pembaca blog ini.

Salam cinta dari saya

Ayuk a.k.a miyukotaque