Bismillaahirrohmaanirrohiim..
Assalamu’alaikum..
Sabtu lalu (19 Januari 2013) saya diundang ke
sebuah acara pengajian. Menurut undangan yang sampai ke handphone saya, acara
dimulai pukul 08.30 WIB dan bagi yang terlambat dikenai iqob (sanksi).
Pada hari H, sejak pukul 07.15 saya telah
berangkat dari rumah. Untuk sampai ke tempat tujuan, saya harus naik angkot dua
kali. Awalnya naik angkot dari depan gang ke sebuah simpang (Simpang Mabar)
kemudian dilanjut angkot lain langsung ke tujuan. Sehari sebelumnya saya telah
membuat janji dengan seorang teman baik untuk berbarengan pergi ke sana karena
kami berdua tidak tau persis letaknya di mana. Kami pun menyepakati bertemu
pada pukul delapan pagi. Namun, sudah lebih dari 25 menit saya menunggu angkot
di Simpang Mabar angkot yang saya cari belum juga muncul. Kalaupun muncul
ternyata sudah penuh penumpang dan tidak ada tempat duduk lagi. T__T
Sudah hampir pukul delapan dan saya mulai panik.
Syukurlah setelah itu angkot yang saya cari muncul meskipun dalam keadaan
nyaris penuh. Duduk berdesak-desakan membuat saya tidak sadar kalau ada pesan
masuk dari teman saya.
Saya tiba di tempat yang kami janjikan untuk
bertemu pukul 08.58. Sebelumnya saya telah mengirim pesan ke teman agar
berangkat terlebih dulu. Saat ingin menghubunginya ternyata pulsa tidak
mencukupi (_ _”) #parah lu ah..!
Saya langsung mencari kios pedagang pulsa.
Sayangnya belum ada yang buka. Saya makin bingung, sms saya yang menanyakan
keberadaan teman tidak dibalas. Mungkin masalah sinyal dan pesan yang saya
kirim belum sampai.
Sudah pukul sembilan lewat, saya merasa sungkan
kalau harus datang terlambat. Bukan takut di-iqob namun lebih ke pada rasa tidak pantas (menurut saya). Apalagi
saya tidak tau lokasi acaranya di mana. Saya memutuskan untuk pulang ke rumah.
Di tengah kegalauan saat menunggu angkot
(hallah...) tiba-tiba terlintas di pikiran untuk pergi jalan-jalan naik kereta.
Kebetulan tempat menunggu angkot saat itu tidak begitu jauh dari Stasiun Besar
Kota Medan. Saya langsung memberhentikan angkot yang kebetulan melintas dan
langsung ke stasiun.
Saya turun tepat di depan Kantor Pos Kota Medan,
menyeberang jalan melalui jembatan penyebrangan, berjalan kaki kira-kira 150
meter menyusuri Lapangan Merdeka Medan dan tibalah saya di stasiun. Karena
masih pagi, stasiun belum begitu ramai oleh calon penumpang maupun pengantar.
Saya berbarengan dengan sekelompok siswa Taman Kanak-kanak beserta guru dan
orang tuanya yang akan berekreasi naik kereta wisata Sri Lelawangsa tujuan
Binjai.
Sebelum membeli tiket saya mencari pedagang pulsa
di sekitar stasiun. Alhamdulillah.. akhirnya pulsanya terisi juga, saya pun
langsung menuju ke loket. Tiket kereta Medan – Binjai Rp 5000,00. di loket pembelian tiket,
anak-anak TK ini mulai beraksi. Hahaha.. kalau ingat ini saya jadi cekikikan
sendiri. Mereka berlarian tak tentu arah, seluncuran di lantai, gelantungan di
pagar pembatas, memanjat, berteriak. Segala ekspresi yang menandakan
kebahagiaan mereka tampilkan.
| |
lah yang ini malah panjatan |
|
seluncuran di lantai |
Ibu gurunya sampai kewalahan menangani mereka
meskipun beberapa siswa sudah didampingi orang tuanya.
”Yang bandel-bandel pulak yang orang tuanya tak
ikut” kata seorang guru yang berhasil ”menangkap” seorang anak didiknya yang
nyelonong lari ke luar stasiun. Saya cuma tersenyum mendengarnya.
Berbondong-bondong kami menuju peron dua. Menurut
jadwal, kereta yang akan kami naiki tiba pukul
10.00 dan langsung berangkat ke Binjai. Masih ada waktu setengah jam
sebelum kereta datang, saya mencari tempat duduk kosong dan menyapa dua orang
perempuan muda sesama calon penumpang. Mereka kakak beradik. Si kakak sudah
menyelesaikan studi S1 nya di Kampus Harapan dan sekarang sedang mengajar di
Sekolah Menengah Pertama milik kampus tersebut. Sedangkan adiknya masih kuliah
Sekolah Tinggi Bahasa Asing di kampus yang sama. Mereka asli orang Binjai dan
tiap akhir pekan selalu menyempatkan diri pulang ke rumah untuk melepas rindu
ke pada orang tua.
Saat mereka bertanya perihal saya, mereka terkejut
saat saya katakan berangkat sendiri ke Binjai. Mereka kira saya juga orang
Binjai yang akan pulang ke sana. Mereka heran mengapa cewek sekecil saya berani
berangkat sendiri naik kereta. Hehehe.. saya jelaskan ke mereka kalau saya
memang terbiasa pergi jalan-jalan sendiri.
Di Sumatera Utara khususnya di Medan, kereta
adalah alat transportasi antar kota yang pastinya waktu tempuhnya cukup lama.
Dan waktu tempuh paling singkat adalah ke Binjai kurang lebih 45 menit.
Keretanya juga berbeda, lebih bersih dan rapi daripada kereta tujuan Tebing
Tinggi atau Rantau Prapat.
|
tuh, bersih kan keretanya.. ^^ |
Tepat pukul sepuluh kereta tiba di peron dua. Saya
mendengar sorak-sorai anak TK yang antusias menyambut kedatangan kereta. Oh ya,
setelah saya ke peron dua ternyata ada lagi anak-anak sekolah yang rekreasi
bersama gurunya tapi mereka anak Sekolah Dasar. Makin rame deh.. ^^
Saya menuju gerbong paling belakang beserta dua
orang kenalan dan memilih bangku di samping jendela. Kedua kakak beradik itu
duduk di bangku sebelah. Di perjalanan banyak hal yang saya amati. Sayangnya
saya kesulitan mengabadikannya. Daerah pinggiran rel memang cukup
memprihatinkan. Kesan yang ditimbulkan sangat kumuh. Jauh dari kata sehat.
Memang tidak seratus persen daerah yang saya lalui kumuh, ada juga yang cukup
bersih ataupun dikelilingi sawah. Ada yang tinggal dekat sekali dengan badan
rel sampai saya berpikir bahaya sekali jika sedang ke luar pintu rumah dan
tersambar kereta. Na’udzubillah..
Belum lagi anak-anak dengan bebas bermain nyaris
ke badan rel. Membayangkannya membuat saya bergidik. Ada daerah yang saya lalui
tapi saya tidak tau tepatnya itu daerah apa, apakah masih di Medan atau sudah
nyaris masuk daerah Binjai, keadaan ekonominya sangat timpang. Di pinggiran rel
terpaparlah kawasan kumuh yang sangat memprihatinkan dan tepat di belakang
perumahan kumuh ada tembok yang cukup tinggi dan berdirilah kawasan perumahan
yang terlihat cukup elit di mata saya. Sebuah ironi kehidupan. Kamu tinggal di
rumah mewah, dan saya tidak tau apakah kamu mengetahui keadaan tetangga di
belakang rumahmu? Atau kamu tau hanya saja pura-pura tidak tau? (ribet amat
bahasanya yak)
Pikiran-pikiran saya yang berseliweran tiba-tiba
”terusik” dengan lantunan lagu Balonku Ada Lima yang dinyanyikan dengan koor
asal-asalan siswa-siswa TK dan SD di gerbong sebelah. Sepertinya mereka telah
sepakat menyatukan kekuatan untuk sama-sama meramaikan kereta dari gerbong
paling depan sampai yang paling belakang. Jujur saja saya ikut bersenandung
mengikuti irama yang mereka nyanyikan. Hehe.. medley lagu anak-anak mulai dari
Balonku, Di sana senang Di sini senang, Naik Kereta Api, Naik Ke Puncak Gunung,
dll hingga berakhir di lagu nya Cakra Khan. Saya sempat terkikik mendengarnya.
:D
Di kereta saya juga disapa oleh gerombolan
mahasiswa AKPER Sari Mutiara yang sedang liburan. Mereka menanyakan tujuan saya
dan setelah tau saya akan ke BSM (Binjai Super Mall) mereka mengajak saya untuk
berbarengan karena mereka tidak tau tempatnya. Alhamdulillah di perjalanan saya
mendapatkan teman seperjalanan yang baik meskipun di akhir perjalanan saya baru
ingat belum menanyakan siapa nama kakak beradik yang saya kenal sebelumnya.
Hehehe.. lupa.. :p
Alhamdulillah tidak sampai 45 menit kereta tiba di
Stasiun Kota Binjai. Turun dari kereta saya langsung berpisah dengan kakak
beradik itu karena mereka harus naik becak menuju rumahnya. Sedangkan saya
cukup berjalan kurang lebih 300 meter dari stasiun untuk sampai ke tujuan
bersama gerombolan mahasiswa AKPER. Di depan BSM kami berpisah karena mereka
memutuskan untuk jalan-jalan ke Ramayana Binjai terlebih dulu.
Tiba di BSM tempat yang pertama kali saya kunjungi
adalah Gramedia. Puas berkeliling dan membaca buku resep masakan saya pindah ke
Hypermart. Di Hypermart ini dengan PD nya saya foto-foto sendiri. Hihihi..
Setelah itu saya makan siang di tempat favorit
saya karena sudah cocok dengan rasa mie ayamnya, Es Teler 77. Masih pukul 13.00
dan saya memilih untuk jalan-jalan berkeliling lagi.
Alarm saya berbunyi tepat pukul 14.00, waktunya
saya pulang menuju Stasiun Binjai. Saya berjalan kaki lagi ke sana, bertemu
lagi dengan mahasiswa AKPER dan saat di kereta berbarengan lagi dengan
anak-anak TK dan SD yang sama. Kenapa mereka memutuskan untuk pulang dengan
jadwal kereta yang sama dengan saya yah..? hehe..
Pukul 14.30 suara mesin kereta terdengar, kereta
membawa kami pulang ke Medan dan Binjai memberi kenangan yang cukup
menyenangkan untuk kesendirian saya. ^^
Wassalamu’alaikum..
Mdn, 21.01.13
_miyukotaque_