Bismillaahirrohmaanirrohiim...
Sebulan yang lalu saya iseng ikut lomba menulis artikel mengenai pengalaman berhijab. ini pertama kalinya saya ikut lomba menulis. Tulisan di sini sebagian sudah saya edit (bagian pengalaman berhijabnya udah saya cut sedikit) dan menyisakan tentang bagaimana sebaiknya (atau mungkin "seharusnya") muslimah berpakaian. Kalo ada kesalahan di sana - sini saya mohon maaf ya, hehe.. Oya gimana hasilnya? (ga ada yang tanya jadi tanya sendiri, hihihi..) saya masih harus belajar nulis dengan lebih baik lagi nih kayanya, belum menang euy.. Tapi intinya, finally I had courage to join a writing contest, hohoho.. ^o^ So, here it is....
***
Saya jadi ingat, dulu di awal saya menggunakan khimar yang
panjangnya hingga menutup b*k*ng, saya pun pernah diledek bahkan oleh keluarga
dekat. Mereka bilang saya seperti ibu-ibu yang mau pergi pengajian, tidak modis
kayak orang (maaf) kampung, jilbabnya kayak taplak meja, dan macam-macam lagi,
hehe.. Tapi toh emang dasar saya ini keras kepala jadi gak peduli orang bilang
apa, hihi.. Syukurnya keluarga makin mengerti "gaya" yang saya pilih,
sejalan juga dengan upaya saya meyakinkan ke pada mereka kewajiban menutup
aurat bagi wanita. Tidak sampai di situ, saat itu saya pun berusaha untuk
berpakaian lebih rapih. Meskipun tidak modis tapi saya selalu berusaha agar
pakaian yang saya kenakan tidak "tabrak lari gak tanggung jawab"
hihi.. Itu istilah saya untuk pakaian yang tidak matching dan tidak enak dilihat mata. Saya
sadar walaupun berhijab syar'i tapi tidak enak juga dilihat kalau kucel,
pakaiannya "rame" kebanyakan motif, warna warni dari kepala sampai
kaki kayak lampu lalu lintas, oooo... IT'S A BIG NO NO...!!!
Sempat berpikir bahwa masa itu sudah berlalu. Masa di mana
orang-orang yang berjilbab gondrong dipandang aneh dan diwaspadai. Apalagi
beberapa tahun ini sudah ada trend baru dalam fashion, Hijab Syar'I (meskipun
pada hakikatnya berhijab syar’I adalah tuntunan bagi muslimah, bukan sekedar
tren). Maka sekarang tidak heran melihat banyak wanita menggunakan pakaian yang
tertutup dengan khimar lebar beragam warna. Toh, nyatanya apa yang saya alami
minggu lalu, stigma miring—kalau "negatif" dianggap berlebihan—masyarakat
terhadap penampilan akhwat yang berhijab syar'i ternyata masih ada.
Ya, ujian itu selalu ada untuk orang yang terus belajar.
Ibarat sekolah, kalau kamu belajar pasti ada saatnya ulangan kan? Pada saat itu
kemampuan kamu menjawab persoalan yang diberikan harus diuji dan umumnya
"persoalan" yang diberikan gak jauh-jauh dari apa yang kamu pelajari
sehari-hari ;) *wink* Begitu pun saya yang terus belajar untuk menjadi
muslimah yang baik, tidak ada salahnya diuji dengan hal seperti ini karena
hijab sendiri adalah kewajiban bagi muslimah dan tidak terlepas dengan
kehidupan kesehariannya. Jadi teringat terjemahan QS Al Mulk ayat pertama dan
kedua, “Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas
segala sesuatu, yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun”, see..? Setiap manusia diciptakan selain
untuk beribadah emang untuk diuji agar bisa “naik level”nya di hadapan Allah J
Lalu sebenarnya, bagaimana sih islam mengatur seorang
muslimah dalam berpenampilan? Saya akan mencoba menguraikannya berdasarkan
tulisan Salim A. Fillah yang dinukil dari seorang Imam Ahli Hadits abad ini,
Syaikh Muhammad Nashiruddin ibn Nuh Al Albani.
1.
Menutup dan Melindungi Seluruh Tubuh Selain yang
Dikecualikan
InsyaAllah
kita sebagai muslimah sudah familier dengan ayat yang berhubungan dengan
perintah berhijab ya, An Nuur 31 dan Al Ahzab 59. Dalam surah yang saya
sebutkan pertama kali, tidak disebutkan secara langsung batasan aurat wanita,
hanya disebutkan “janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya..”. Nah,
penjelasan mengenai bagian tersebut diperkuat dengan hadits berikut:
“Hai Asma’, sesungguhnya wanita apabila telah sampai ke
tanda kedewasaan (haidh), tidak boleh terlihat bagian tubuhnya kecuali ini dan
ini –beliau mengisyaratkan muka dan telapak tangannya—“ (HR. Abu Dawud, Al
Albani meng-hasan-kannya)
Jadi yang
termasuk aurat wanita adalah seluruh anggota tubuhnya kecuali yang biasa nampak
yakni wajah dan telapak tangan. Tuh, ternyata kaki pun bagian dari aurat jadi
semestinya kita tidak menyepelekan urusan ini. Berkaus kaki lah ketika ke luar
rumah. Selain yang disebutkan di atas berarti semuanya adalah aurat dan wajib
untuk ditutup. Namun tidak sekedar asal ditutup, ada juga syarat-syarat
lainnya, penjelasan di poin berikutnya.
2.
Bukan Tabarruj
Definisi
sederhana tabarruj adalah berhias secara berlebihan. Boleh sih berhias atau
dandan yang cantik, tapi baiknya hanya di depan suami (bagi yang sudah nikah)
saja. Seorang muslimah diwajibkan untuk menutup aurat dengan tujuan
“menyembunyikan” perhiasan yang ada pada dirinya. Sejatinya, perhiasan wanita adalah
diri wanita itu sendiri secara utuh. Lalu kenapa ketika sudah berhijab namun
masih berhias agar menarik perhatian orang lain? Berhias/tabarruj itu cenderung
artifisial dan urusan fisis semata, padahal Allah tidak menginginkan hal itu
pada muslimah. Allah ingin agar muslimah itu cantik, mulia, dan memesona dengan
dandanan iman. Berhias secara berlebihan ini dekat sekali dengan budaya
jahilliyah, seperti tersurat dalam QS. Al Ahzab 31 berikut..
“…dan janganlah kamu ber-tabarruj (berhias) seperti orang-orang
jahilliyah terdahulu”
3.
Kainnya Tebal
“Akan muncul di akhir umatku, wanita-wanita yang berpakaian
namun pada hakikatnya telanjang. Di atas kepala mereka terdapat sesuatu yang
serupa punuk unta. Mereka tidak akan memasuki surga, dan tidak juga akan
mencium aroma surga. Padahal bau surga itu dapat dicium dari jarak sekian
sekian.” (HR. Muslim)
Imam Ibnu
‘Abdil Darr menjelaskan bahwa “berpakaian tapi telanjang” adalah wanita-wanita
yang berpakaian tipis sehingga menggambarkan bentuk tubuhnya, mereka memang
berpakaian namun belum menutup tubuhnya dengan sempurna. Kalau sudah seperti
itu apa bedanya berpakaian dengan tidak berpakaian sama sekali (telanjang)?
Na’udzubillaahi min dzaliik.. L
4.
Kainnya Longgar, Tidak Sempit, dan Tidak ‘Jatuh’
Jika yang tipis
dilarang dengan keras apa lagi yang sempit.. Sekarang dapat kita lihat kan tren
baju untuk muslimah yang berkembang belakangan ini. Jamak kita saksikan
muslimah yang mengenakan kaus ketat disertai dengan khimar tipis. Banyak pula
yang mengenakan gamis namun sayangnya berbahan ‘jatuh’ (contohnya bahan jersey,
spandek, ceruti, dsb) dan tidak dilapisi lagi dengan rok atau pakaian di
dalamnya yang lebih tebal. Sehingga tujuannya untuk menutup aurat sudah baik
tapi masih memberikan “bekas” yang dapat dilihat orang.
Pernah
suatu ketika Usamah Ibn Zaid diberi hadiah pakaian qibthiyah (bergaya Mesir)
oleh Rasulullah. Saat ditanya Rasul
apakah Usamah telah mengenakannya Usamah menjawab bahwa pakaian tersebut
diberikan ke pada istrinya. Rasullullah SAW lantas bersabda agar Usamah
memerintahkan istrinya untuk mengenakan baju lain di bagian dalam. Beliau
khawatir pakaian tersebut masih menggambarkan bentuk tulangnya (lekuk
tubuhnya).
5.
Tidak Diberi Wewangian
“Wanita mana pun yang memakai wewangian kemudian ke luar
dan lewat di depan orang banyak agar mereka mendapati baunya, maka dia adalah
pezinah..” (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)
Naudzubillahi
tsumma naudzubillah.. Muslimah baik-baik tentu lah tak ingin dilabeli
“pezinah”. Maka dari itu berhati-hatilah dengan penggunaan wewangian/parfum.
Kita tak pernah tau isi hati orang lain. Takut bau badan? Jangan khawatir,
dengan mandi yang bersih dan rutin, menggunakan pakaian yang bersih dan telah
disetrika rapi lalu menggunakan sedikit deodoran yang beraroma soft, insyaAllah
itu sudah cukup J
6.
Tidak Menyerupai Pakaian Laki-laki
“Rasulullah melaknat laki-laki yang memakai pakaian
perempuan, dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki..” (HR. Bukhari)
Sungguh
sedih ketika ada muslimah yang mencoba melawan kodratnya dengan bertingkah
seperti pria (tomboy) begitupun sebaliknya ketika ada pria yang bersikap
seperti wanita. Padahal Rasulullah sendiri melaknat yang seperti itu.
7.
Tidak Menyerupai Pakaian Orang-orang Kafir
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia adalah bagian
dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Udah sering
lihat kan kalau sekarang gaya menggunakan khimar macam-macam bentuknya? Khimar
diputar, dililit, diberi hiasan sana sini, sehingga menyamarkan fungsi khimar
sebagai hijab. Khawatirnya perkembangan model hijab malah makin menyerupai
orang kafir. Contohnya, tau hijab model tulban/sorban kan? Nah, sorban lekat
dengan kebudayaan hindu karena lebih sering dikenakan oleh pria hindu terutama
di India lantas kenapa harus diadopsi menjadi model hijab? Model hijab tulban
itu sendiri banyak sekali kekurangannya. Selain menyerupai kaum kafir, dada dan
leher pengguna hijab tulban pun tidak akan tertutup, dan satu lagi menyerupai
pakaian laki-laki . Jangan pula meniru “hijab” a la suster-suster telenovela
yang hanya mengenakan penutup kepala sebagian dan menyisakan sedikit rambut
agar kelihatan.
8.
Tidak Merupakan Libasusy
Syuhrah
Libasusy syuhrah
artinya pakaian ketenaran atau popularitas. Menurut para ulama, ia bisa saja
berupa pakaian yang sangat mencolok bagusnya hingga dikagumi orang lain atau
sangat jelek agar dibicarakan orang dan dianggap zuhud. Kedua-duanya buruk di
mata Allah.
“Barangsiapa memakai pakaian untuk mencari popularitas di
dunia, maka Allah akan mengenakan pakaian kehinaan padanya di hari kiamat,
kemudian membakarnya di neraka”. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Jadi yang
sedang-sedang saja, yang wajar. Allah suka bila nikmat-Nya nampak pada diri
hamba-Nya, tetapi Allah benci dengan orang yang sombong dengan kekayaannya dan
sombong dengan kezuhudannya.
Mungkin itu uraian saya tentang bagaimana Islam mengatur muslimah dalam berpakaian. Tak perlu berlebih-lebihan dalam berpakaian dengan tujuan agar muncul pandangan orang bahwa berhijab syar'I pun bisa tetap trendi. Seperti yang telah saya sebutkan di atas, cukuplah muslimah itu cantik, mulia, dan memesona dengan dandanan iman. Adakalanya muslimah bisa berdandan sangat cantik dan memesona secara fisik namun harus diperhatikan waktu dan tempatnya. Saya menyadari masih jauh dari sempurna dalam berhijab pun beribadah tho setelah memutuskan untuk berhijab syar'I seorang muslimah tidak terlepas dari kewajiban untuk belajar dan memperdalam ilmu, demikian yang saya lakukan saat ini. Saya berharap hidayah dari Allah akan terus diberikan ke pada para muslimah yang bersedia terus belajar. Bersama-sama meraih cinta dan syurga-Nya Allah SWT, InsyaAllah.. :)
Mungkin itu uraian saya tentang bagaimana Islam mengatur muslimah dalam berpakaian. Tak perlu berlebih-lebihan dalam berpakaian dengan tujuan agar muncul pandangan orang bahwa berhijab syar'I pun bisa tetap trendi. Seperti yang telah saya sebutkan di atas, cukuplah muslimah itu cantik, mulia, dan memesona dengan dandanan iman. Adakalanya muslimah bisa berdandan sangat cantik dan memesona secara fisik namun harus diperhatikan waktu dan tempatnya. Saya menyadari masih jauh dari sempurna dalam berhijab pun beribadah tho setelah memutuskan untuk berhijab syar'I seorang muslimah tidak terlepas dari kewajiban untuk belajar dan memperdalam ilmu, demikian yang saya lakukan saat ini. Saya berharap hidayah dari Allah akan terus diberikan ke pada para muslimah yang bersedia terus belajar. Bersama-sama meraih cinta dan syurga-Nya Allah SWT, InsyaAllah.. :)
bookmark dulu ya bacanya nanti hihihi,
BalasHapusya, bacalah, mana tau dapat hidayah trus pengen hijrah :3
HapusSubhanallah, untuk yang bertingkah tomboy saat ini iyah sedang proses di minimalisir ukht :) terimakasih tulisannya :D
BalasHapusyup, semangaatt..!! ^o^9
Hapus