Senin, 30 Maret 2015

[LOMBA MENULIS ARTIKEL] PAKAIAN MUSLIMAH, GIMANA SIH?

Bismillaahirrohmaanirrohiim...


Sebulan yang lalu saya iseng ikut lomba menulis artikel mengenai pengalaman berhijab. ini pertama kalinya saya ikut lomba menulis. Tulisan di sini sebagian sudah saya edit (bagian pengalaman berhijabnya udah saya cut sedikit) dan menyisakan tentang bagaimana sebaiknya (atau mungkin "seharusnya") muslimah berpakaian. Kalo ada kesalahan di sana - sini saya mohon maaf ya, hehe.. Oya gimana hasilnya? (ga ada yang tanya jadi tanya sendiri, hihihi..) saya masih harus belajar nulis dengan lebih baik lagi nih kayanya, belum menang euy.. Tapi intinya, finally I had courage to join a writing contest, hohoho.. ^o^ So, here it is....

***

Saya jadi ingat, dulu di awal saya menggunakan khimar yang panjangnya hingga menutup b*k*ng, saya pun pernah diledek bahkan oleh keluarga dekat. Mereka bilang saya seperti ibu-ibu yang mau pergi pengajian, tidak modis kayak orang (maaf) kampung, jilbabnya kayak taplak meja, dan macam-macam lagi, hehe.. Tapi toh emang dasar saya ini keras kepala jadi gak peduli orang bilang apa, hihi.. Syukurnya keluarga makin mengerti "gaya" yang saya pilih, sejalan juga dengan upaya saya meyakinkan ke pada mereka kewajiban menutup aurat bagi wanita. Tidak sampai di situ, saat itu saya pun berusaha untuk berpakaian lebih rapih. Meskipun tidak modis tapi saya selalu berusaha agar pakaian yang saya kenakan tidak "tabrak lari gak tanggung jawab" hihi.. Itu istilah saya untuk pakaian yang tidak matching dan tidak enak dilihat mata. Saya sadar walaupun berhijab syar'i tapi tidak enak juga dilihat kalau kucel, pakaiannya "rame" kebanyakan motif, warna warni dari kepala sampai kaki kayak lampu lalu lintas, oooo... IT'S A BIG NO NO...!!!

Sempat berpikir bahwa masa itu sudah berlalu. Masa di mana orang-orang yang berjilbab gondrong dipandang aneh dan diwaspadai. Apalagi beberapa tahun ini sudah ada trend baru dalam fashion, Hijab Syar'I (meskipun pada hakikatnya berhijab syar’I adalah tuntunan bagi muslimah, bukan sekedar tren). Maka sekarang tidak heran melihat banyak wanita menggunakan pakaian yang tertutup dengan khimar lebar beragam warna. Toh, nyatanya apa yang saya alami minggu lalu, stigma miring—kalau "negatif" dianggap berlebihan—masyarakat terhadap penampilan akhwat yang berhijab syar'i ternyata masih ada.

Ya, ujian itu selalu ada untuk orang yang terus belajar. Ibarat sekolah, kalau kamu belajar pasti ada saatnya ulangan kan? Pada saat itu kemampuan kamu menjawab persoalan yang diberikan harus diuji dan umumnya "persoalan" yang diberikan gak jauh-jauh dari apa yang kamu pelajari sehari-hari ;) *wink* Begitu pun saya yang terus belajar untuk menjadi muslimah yang baik, tidak ada salahnya diuji dengan hal seperti ini karena hijab sendiri adalah kewajiban bagi muslimah dan tidak terlepas dengan kehidupan kesehariannya. Jadi teringat terjemahan QS Al Mulk ayat pertama dan kedua, “Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun”, see..? Setiap manusia diciptakan selain untuk beribadah emang untuk diuji agar bisa “naik level”nya di hadapan Allah J

Lalu sebenarnya, bagaimana sih islam mengatur seorang muslimah dalam berpenampilan? Saya akan mencoba menguraikannya berdasarkan tulisan Salim A. Fillah yang dinukil dari seorang Imam Ahli Hadits abad ini, Syaikh Muhammad Nashiruddin ibn Nuh Al Albani.

1.      Menutup dan Melindungi Seluruh Tubuh Selain yang Dikecualikan
InsyaAllah kita sebagai muslimah sudah familier dengan ayat yang berhubungan dengan perintah berhijab ya, An Nuur 31 dan Al Ahzab 59. Dalam surah yang saya sebutkan pertama kali, tidak disebutkan secara langsung batasan aurat wanita, hanya disebutkan “janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya..”. Nah, penjelasan mengenai bagian tersebut diperkuat dengan hadits berikut:

“Hai Asma’, sesungguhnya wanita apabila telah sampai ke tanda kedewasaan (haidh), tidak boleh terlihat bagian tubuhnya kecuali ini dan ini –beliau mengisyaratkan muka dan telapak tangannya—“ (HR. Abu Dawud, Al Albani meng-hasan-kannya)

Jadi yang termasuk aurat wanita adalah seluruh anggota tubuhnya kecuali yang biasa nampak yakni wajah dan telapak tangan. Tuh, ternyata kaki pun bagian dari aurat jadi semestinya kita tidak menyepelekan urusan ini. Berkaus kaki lah ketika ke luar rumah. Selain yang disebutkan di atas berarti semuanya adalah aurat dan wajib untuk ditutup. Namun tidak sekedar asal ditutup, ada juga syarat-syarat lainnya, penjelasan di poin berikutnya.

2.      Bukan Tabarruj
Definisi sederhana tabarruj adalah berhias secara berlebihan. Boleh sih berhias atau dandan yang cantik, tapi baiknya hanya di depan suami (bagi yang sudah nikah) saja. Seorang muslimah diwajibkan untuk menutup aurat dengan tujuan “menyembunyikan” perhiasan yang ada pada dirinya. Sejatinya, perhiasan wanita adalah diri wanita itu sendiri secara utuh. Lalu kenapa ketika sudah berhijab namun masih berhias agar menarik perhatian orang lain? Berhias/tabarruj itu cenderung artifisial dan urusan fisis semata, padahal Allah tidak menginginkan hal itu pada muslimah. Allah ingin agar muslimah itu cantik, mulia, dan memesona dengan dandanan iman. Berhias secara berlebihan ini dekat sekali dengan budaya jahilliyah, seperti tersurat dalam QS. Al Ahzab 31 berikut..

“…dan janganlah kamu ber-tabarruj (berhias) seperti orang-orang jahilliyah terdahulu”

3.      Kainnya Tebal
“Akan muncul di akhir umatku, wanita-wanita yang berpakaian namun pada hakikatnya telanjang. Di atas kepala mereka terdapat sesuatu yang serupa punuk unta. Mereka tidak akan memasuki surga, dan tidak juga akan mencium aroma surga. Padahal bau surga itu dapat dicium dari jarak sekian sekian.” (HR. Muslim)

Imam Ibnu ‘Abdil Darr menjelaskan bahwa “berpakaian tapi telanjang” adalah wanita-wanita yang berpakaian tipis sehingga menggambarkan bentuk tubuhnya, mereka memang berpakaian namun belum menutup tubuhnya dengan sempurna. Kalau sudah seperti itu apa bedanya berpakaian dengan tidak berpakaian sama sekali (telanjang)? Na’udzubillaahi min dzaliik.. L

4.      Kainnya Longgar, Tidak Sempit, dan Tidak ‘Jatuh’
Jika yang tipis dilarang dengan keras apa lagi yang sempit.. Sekarang dapat kita lihat kan tren baju untuk muslimah yang berkembang belakangan ini. Jamak kita saksikan muslimah yang mengenakan kaus ketat disertai dengan khimar tipis. Banyak pula yang mengenakan gamis namun sayangnya berbahan ‘jatuh’ (contohnya bahan jersey, spandek, ceruti, dsb) dan tidak dilapisi lagi dengan rok atau pakaian di dalamnya yang lebih tebal. Sehingga tujuannya untuk menutup aurat sudah baik tapi masih memberikan “bekas” yang dapat dilihat orang.

Pernah suatu ketika Usamah Ibn Zaid diberi hadiah pakaian qibthiyah (bergaya Mesir) oleh Rasulullah. Saat ditanya Rasul  apakah Usamah telah mengenakannya Usamah menjawab bahwa pakaian tersebut diberikan ke pada istrinya. Rasullullah SAW lantas bersabda agar Usamah memerintahkan istrinya untuk mengenakan baju lain di bagian dalam. Beliau khawatir pakaian tersebut masih menggambarkan bentuk tulangnya (lekuk tubuhnya).

5.      Tidak Diberi Wewangian
“Wanita mana pun yang memakai wewangian kemudian ke luar dan lewat di depan orang banyak agar mereka mendapati baunya, maka dia adalah pezinah..” (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)

Naudzubillahi tsumma naudzubillah.. Muslimah baik-baik tentu lah tak ingin dilabeli “pezinah”. Maka dari itu berhati-hatilah dengan penggunaan wewangian/parfum. Kita tak pernah tau isi hati orang lain. Takut bau badan? Jangan khawatir, dengan mandi yang bersih dan rutin, menggunakan pakaian yang bersih dan telah disetrika rapi lalu menggunakan sedikit deodoran yang beraroma soft, insyaAllah itu sudah cukup J

6.      Tidak Menyerupai Pakaian Laki-laki
“Rasulullah melaknat laki-laki yang memakai pakaian perempuan, dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki..” (HR. Bukhari)

Sungguh sedih ketika ada muslimah yang mencoba melawan kodratnya dengan bertingkah seperti pria (tomboy) begitupun sebaliknya ketika ada pria yang bersikap seperti wanita. Padahal Rasulullah sendiri melaknat yang seperti itu.

7.      Tidak Menyerupai Pakaian Orang-orang Kafir
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia adalah bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Udah sering lihat kan kalau sekarang gaya menggunakan khimar macam-macam bentuknya? Khimar diputar, dililit, diberi hiasan sana sini, sehingga menyamarkan fungsi khimar sebagai hijab. Khawatirnya perkembangan model hijab malah makin menyerupai orang kafir. Contohnya, tau hijab model tulban/sorban kan? Nah, sorban lekat dengan kebudayaan hindu karena lebih sering dikenakan oleh pria hindu terutama di India lantas kenapa harus diadopsi menjadi model hijab? Model hijab tulban itu sendiri banyak sekali kekurangannya. Selain menyerupai kaum kafir, dada dan leher pengguna hijab tulban pun tidak akan tertutup, dan satu lagi menyerupai pakaian laki-laki . Jangan pula meniru “hijab” a la suster-suster telenovela yang hanya mengenakan penutup kepala sebagian dan menyisakan sedikit rambut agar kelihatan.

8.      Tidak Merupakan Libasusy Syuhrah
Libasusy syuhrah artinya pakaian ketenaran atau popularitas. Menurut para ulama, ia bisa saja berupa pakaian yang sangat mencolok bagusnya hingga dikagumi orang lain atau sangat jelek agar dibicarakan orang dan dianggap zuhud. Kedua-duanya buruk di mata Allah.

“Barangsiapa memakai pakaian untuk mencari popularitas di dunia, maka Allah akan mengenakan pakaian kehinaan padanya di hari kiamat, kemudian membakarnya di neraka”. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Jadi yang sedang-sedang saja, yang wajar. Allah suka bila nikmat-Nya nampak pada diri hamba-Nya, tetapi Allah benci dengan orang yang sombong dengan kekayaannya dan sombong dengan kezuhudannya.

Mungkin itu uraian saya tentang bagaimana Islam mengatur muslimah dalam berpakaian. Tak perlu berlebih-lebihan dalam berpakaian dengan tujuan agar muncul pandangan orang bahwa berhijab syar'I pun bisa tetap trendi. Seperti yang telah saya sebutkan di atas, cukuplah muslimah itu cantik, mulia, dan memesona dengan dandanan iman. Adakalanya muslimah bisa berdandan sangat cantik dan memesona secara fisik namun harus diperhatikan waktu dan tempatnya. Saya menyadari masih jauh dari sempurna dalam berhijab pun beribadah tho setelah memutuskan untuk berhijab syar'I seorang muslimah tidak terlepas dari kewajiban untuk belajar dan memperdalam ilmu, demikian yang saya lakukan saat ini. Saya berharap hidayah dari Allah akan terus diberikan ke pada para muslimah yang bersedia terus belajar. Bersama-sama meraih cinta dan syurga-Nya Allah SWT, InsyaAllah.. :)


Minggu, 01 Maret 2015

Puding Roti Pisang Coklat

Bismillaahirrohmaanirrohiim..

Assalaamu'alaykum

Kalau tempo hari memanfaatkan fettucine yang belum habis, kali ini gilirannya roti tawar yang dimanfaatkan :D hehe.. Baru pertama kali sih bikin puding roti beginian tapi udah langsung suka sama rasanya. Rasanya mirip sama roti langganan yang sering ku beli kalo kerja, roti pisang coklat keju. Langsung ke resep aja ya, resepnya sih asal cemplung aja.





Puding Roti Pisang Coklat

Bahan:
  • 4 lembar roti tawar
  • 4 buah pisang (bisa pakai pisang apa saja)
  • 450 ml susu coklat cair
  • 1 butir telur, kocok
  • 5 sdm gula
  • 1/2 sdt garam
  • 1/4 sdt esens vanili
  • Keju cheddar parut secukupnya
Cara membuat:
  1. Robek-robek roti tawar, sisihkan
  2. Potong-potong dua buah pisang, yang dua lagi haluskan menggunakan garpu
  3. Di wadah yang lain, campur susu, gula, garam, telur dan esens vanili, aduk rata menggunakan ballon whisk
  4. Campurkan pisang yang telah dihaluskan, aduk kembali
  5. Susun roti dan pisang berselang-seling dalam wadah tahan panas (ramekin, kaserol, mug keramik, dsb)
  6. Siram dengan campuran susu hingga roti terendam
  7. Taburi dengan keju parut
  8. Panggang dengan suhu (kira-kira) 160 derajat C selama 45 menit
  9. Ready to serve :D
Hmm.. Saya motret puding ini di kantor, hehe.. jadi mohon maaf kalo a la kadarnya ya kaya nama blog saya :D

Selamat mencoba!

Mdn, 01.03.15